Tari Kenaren adalah sebuah tarian yang wujudnya sangat mirip dengan gerakan pencak silat. Tari Kenaren sendiri berasal dari Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Sayangnya Tari Kenaren hampir punah karena problem regenerasi dan minimnya perhatian dari pemerintah setempat.
Metaranews.co, Kediri – Suara alunan musik tradisional tabuh Jedor, Beduk dan Kendang menyatu mengiringi 15 orang yang mempraktekkan Tari Kenaren, sebuah kesenian asli Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri.
Sejumlah penari kompak bergerak mengikuti arah mata angin. Jika dilihat tarian yang diperagakan para pria paruh baya ini bak jurus pencak silat.
Tari Kenaren ini sudah dikenal ada sejak tahun 1958, diciptakan oleh sesepuh Desa Brumbung yakni Mbah Mojo. Namun, tahun demi tahun berganti keberadaannya kini terancam punah akibat minimnya generasi penerus tarian Kenaren.
“Kalau sekarang kondisinya hampir terancam (punah),” kata Ketua Harian Komunitas Asli Brumbung, Syamsul Huda, saat diwawancarai Metaranews.co, Minggu (5/2/2023).
Menurut Huda, sejumlah faktor menjadi penyebab hampir punahnya Tari Kenaren, salah satunya pengelolaan manajemen organisasi tari kenaren kurang maksimal, minimnya regenerasi “Para penari disini umumnya berusia paruh baya hingga usia lanjut,” jelasnya.
Padahal diceritakan Huda, secara turun menurun Tari Kenaren ini ada sekitar tahun 1950-an sempat booming pada masanya. Bahkan sampai pada tahun 1986 silam semua anak Sekolah Dasar dapat mengikuti gerakan Tari Kenaren. Api semangat anak muda mulai meredup pada beberapa tahun setelahnya.
Tari Kenaren sendiri dahulu ditampilkan untuk acara hajatan keluarga di Desa Brumbung. Selain tampil di acara hajatan, Tari Kenaren juga biasanya digabung dengan pentas seni Bantengan.
Menurut Huda, pencipta Mbah Mojo menekuni dunia persilatan yang menjadi dasar, terus membuat semacam gerakan sendiri. Kemudian diajarkan ke pemuda setempat, hingga jadilah tari kenaren.
“Jenis pencak silatnya juga asli desa sini. Perpaduan silat dan tari, ada mulainya. Namun dasarnya pencak silat,” jelasnya.
“Terutama sisi menarik tari kenaren hanya aatu-satunya ada di Desa Brumbung, tidak terdapat di Desa lain. Selain itu ini tradisional asli desa sini,” paparnya.
Huda dan para penggiat budaya asli Desa Brumbung berharap tari kenaren dapat kembali berjaya seperti puluhan tahun silam.
Minimnya Perhatian Pemerintah
Huda meneruskan, selama ada Tari Kenaren tidak pernah mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Adapun pagelaran maupun pengelolaan Tari kenaren yang dilakukan murni dari upaya warga setempat dari tanggapan, hajatan maupun kegiatan warga.
“Selama saya berkecimpung bantu-bantu tari kenaren, belum ada perhatian dari Pemdes atau Pemkab Kediri,” kata Huda.
Perhatian Pemda Kabupaten Kediri, yang didapat sebatas kesempatan pentas di Hari jadi Kabupaten Kediri tahun 2022, lalu.
Sementara itu, Kasi Pengembangan Kesenian atau Pamong Budaya, Sugeng membenarkan pementasan Tari Kenaren turut pentas di Hari jadi Kabupaten Kediri, sebagai perhatian dari Pemerintah Daerah.
Dari pementasan itu, Tari kenaren juga sudah tercatat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) sebagai kekayaan intelektual komunal (KIK) yang dimiliki masyarakat Kabupaten Kediri, khususnya Desa Brumbung Kecamatan Kepung.
“Itu (tari kenaren) sudah didaftarkan sebagai salah satu bentuk tarian yang ada di Kabupaten Kediri. Tarian itu juga pernah ditampilkan dalam gelaran hari jadi tahun lalu,” kata Sugeng.
Sugeng mengakui tari kenaren ini hanya ada satu-satunya berada di wilayah Desa Brumbung, dari sekian jumlah banyaknya organisasi kesenian lainnya.
Bentuknya yang unik seperti gerakan pencak silat itu, lanjut Sugeng tari kenaren masih perlu banyak pengembangan agar kemasannya lebih menarik minat masyarakat.
Diakui Sugeng, memang masih minim perhatian kepada tari Kenaren karena saat ini masih fokus kepada tari jaranan. Adapun kalau ingin didapuk sebagai ciri khas Tari Kenaren masih perlu banyak kajian, apakah juga terdapat di daerah lain.
“Untuk saat ini masih prioritas ke ranah Jaranan, karena ini lagi booming. Jadi perhatiannya di Jaranan, kemudian lanjut beberapa tari tradisional bertahap,” jelasnya.
Minimnya perhatian Pemda dikatakan Sugeng, juga disebabkan banyaknya jumlah jenis kesenian yang ada di Kabupaten kediri.
Menurut Sugeng, daya tarik ke masyarakat kali ini kepada tari kenaren perlu adanya pengemasan yang singkat, padat, cantik, dan penuh dengan estetika.
Apabila semua itu sudah dilakukan baik, maka tahap selanjutnya menuju penetapan HAKI. “Kalaupun masuk pengembangan, mungkin perlu pengemasan, peningkatan kreatifitas dan sebagainya,” pungkasnya.