Metaranews.co, MALANG – Sebagai dosen yang sedang tugas belajar di Rusia, Febry Wijayanti, dosen Universitas Negeri Malang (UM) turut merasakan adanya dinamika global yang terjadi karena konflik Rusia dan Ukraina. Dosen yang sedang menempuh pendidikan S3 di Ural Federal University Rusia sejak 2017 lalu menceritakan bagaimana kondisi perekonomian yang tidak stabil. Khususnya, harga kebutuhan pokok yang terus naik dari hari ke hari. Hal ini dikarenaka invasi militer Rusia ke Ukraina.
Tinggal di Kota Yekaterinburg, Febry mengatakan, harga sayur mayur naik. Apalagi, Rusia bukan termasuk produsen sayuran dalam negeri. Sehingga, negara pecahan dari Uni Soviet itu harus mengimpor sayur dari China.
“Kalau kebutuhan pokok memang ada kenaikan yang menurut saya cukup lumayan. Jadi susu yang dulu 50 Rubel, sekarang jadi 70 Rubel,” kata Febry melalui Zoom, Selasa (8/3).
Tak cuma sayur yang naik, gerai toko di mal yang ia kunjungi di Rusia juga sudah banyak yang tutup.
Efek lain yang dirasakan Febry, sebagai WNI ia yang harus menukarkan mata uang juga merasakan adanya nilai uang Rusia yang melemah terhadap Indonesia. Secara spesifik, 1 Rubel (mata uang Rusia,red) saat ini hanya setara dengan Rp 100. Yang lebih tidak mengenakkaan ialah sulitnya melakukan transaksi transfer dari dalam maupun luar Rusia.
“Dulu yang 1 Rubel Rp 250 sekarang sudah jadi Rp 100. Jadi merasa kaya, tapi kalau gak bisa di ambil ya kita gak bisa apa apa. “Memang ini sangat berdampak sama ekonomi Rusia karena berbagai negara menutup diri,” bebernya.
Untungnya, Febry masih bisa menatik uang dari mesin ATM di Rusia.
“Namun versi Bank Central of Rusia, mereka merasa yakin bahwa nantinya mereka bisa berdikari sendiri,” imbuhnya. (Umi/Tyo)