Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Peradaban manusia menuntun musik berkembang sesuai zamannya.
Bahkan, sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno hingga kini, tren musik di Indonesia mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Para pemimpin negara itupun memiliki selera yang berbeda dalam musik.
Dalam hal ini, Museum Islam Nusantara Hasyim Asy’ari (MINHA) mengabadikan berbagai alunan melodi musik yang digemari oleh para presiden di Indonesia.
“Presiden juga manusia biasa, dibalik prestasi yang mereka dapat, justru perjalanan hidup juga tak luput dari musik,” ujar Plt Koordinator Museum dan Galeri Direktorat Jenderal Kebudayaan, Pustanto, usai membuka kegiatan museum keliling koleksi kepresidenan di MINHA Tebuireng, Kabupaten Jombang, Senin (21/8/2023).
Sebagaimana diketahui, musik merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia, yang masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), termasuk musik-musik yang digemari oleh para presiden.
“Melalui Museum MINHA kita buka sedikit-demi sedikit cerita jalan hidup presiden. Saat ini kita mulai dari musik yang mereka gemari,” bebernya.
Galeri musik favorit atau selera Presiden Indonesia di MINHA terpampang lengkap mulai dari tulisan historis, handset, hingga TV LED sebagai pelengkap.
Di museum ini pengunjung dapat menikmati berbagai musik favorit para Presiden Indonesia dengan nyaman.
Salah satunya musik yang dibawakan oleh Budka Suflera, berjudul Sur Le Pont d’Avignon, yang sangat digemari oleh Bacharuddin Jusuf Habibie.
Lalu ada music yang dibawakan Didi Kempot berjudul Sungkem, yang sangat digemari oleh Presiden ke-4 RI Megawati Soekarnoputri.
Salah satu pengunjung, Anita Musfiroh (25) mengatakan, dirinya sangat terkesan saat ia mencoba mendengarkan alunan melodi musik favorit Presiden BJ Habibie di Museum MINHA.
“Budaya Prancis yang dipelajari oleh Presiden BJ Habibie juga melekat pada seni musik yang ia sukai, dalam hal ini baru saya ketahui saat mendengarkan di sini,” kata dia.
Museum MINHA sendiri dapat dikunjungi oleh siapapun, pada jam operasional mulai pukul 08.30-15.30 WIB, dan tidak dikenakan tarif apapun.
Berbagai lukisan besar para pahlawan dan ulama nasional juga dapat dinikmati. Ada juga buku-buku kuno seperti buku fikih dan tasawuf yang terpampang dalam kaca.