Metaranews.co, Malang– Pesona Kawasan Bromo Tengger Semeru (BTS) tak cuma molek karena deretan perbukitannya. Ternyata, tanah di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang ini menyimpan “emas” yang menjadi andalan. Yakni, komoditas kentang yang terpendam di ujung timur Malang.
Setiap masa panen raya, tanah yang mengandung kentang berwarna cokelat keemasan ini bisa memproduksi mencapai 5 ribu ton. Dan ukuran kentang di Ngadas berbeda dengan kentang pada umumnya. Ukuran kentang-kentang dari Desa Ngadas bisa lebih besar dari pasaran. Bahkan, satu buah kentang asli Ngadas ini bisa mencapai 1 kilogram. Sedangkan, pada umumnya kentang hanya punya bobot 200 gram sampai 500 gram.
Kepala Desa Ngadas, Mujianto, membenarkan bahwa dalam musim panen raya ini merupakan waktu yang ditunggu oleh warga desa. Setidaknya mulai April, warga Desa Ngadas memulai panen raya. “Perhektare bisa 20 ton, kalau rata-rata totalnya sampai 5 ribu ton,” ungkap Mujianto.
Luas lahan pertanian kentang di Ngadas mencapai 250 hektare. Menurutnya, Ngadas memang dikonsentrasikan untuk produksi sayur mayur, khususnya kentang.
Warga pun dengan mandiri melakukan pembibitan kentang. Ukuran kentang yang relatif lebih kecil akan dijadikan bibit. Namun, nyaris semua warga Ngadas selalu mendapatkan hasil kentang yang maksimal dengan berat rata-rata 1 kilogram. Untuk harga setiap kilogram, tengkulak biasa membelinya dengan harga Rp 5 ribu.
”Bentuknya memang berbeda dari pasar, lebih besar, kalau yang kecil untuk bibit,” imbuh Mujianto.
Kendala yang paling dirasakan setiap tahunnya ialah hujan deras dan ancaman badai. Karena akan mengakibatkan serangan jamur pada batang kentang
.”Yang paling mengkhawatirkan jika badai. Petani nggak bisa ke sawah buat menyemprot kentang kalau pas badai,” pungkas Mujianto.