Metaranews.co, Kota Blitar – Berbekal ilmu yang didapat dari bangku kuliah jurusan desain produk, Ryssa Putri (24), perempuan asal Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, mencoba menekuni bisnis kerajinan jam tangan kayu.
Ica, panggilan akrab Ryssa Putri, sukses mengolah limbah kayu maple untuk memproduksi jam tangan kayu yang estetik.
“Background-ku yang paling dekat membawa aku ke sini (bisnis jam tangan kayu). Karena aku kuliah desain produk di salah satu kampus di Surabaya. Selain itu, sejak dulu aku juga suka bikin-bikin sesuatu,” kata Ica, Senin (22/1/2024).
Ica menggunakan ruangan paling depan rumah orang tuanya sebagai bengkel sekaligus tempat workshop memproduksi jam tangan kayu.
Ruangan yang ditata mirip kafe itu juga menjadi tempat memajang jam tangan kayu produksinya. Puluhan jam tangan kayu terlihat tertata rapi pada rak di salah satu sudut ruangan.
“Ini bengkel sekaligus tempat workshop, basecamp, dan rumah. Semua kegiatan dikerjakan di ruangan ini,” ujar Ica.
Ica mulai terjun menekuni bisnis kerajinan jam tangan kayu pada Agustus 2022 lalu. Namun Ica baru melaunching bisnis kerajinan jam tangan kayu miliknya pada Desember 2022.
Ica memilih bisnis kerajinan jam tangan kayu bukan tanpa sebab. Ia memang memiliki basic desain produk.
Selain itu, Ica juga pernah magang di salah satu produsen jam tangan kayu di Indonesia.
“Aku pernah magang di produsen jam tangan kayu yang lumayan terkenal di Indonesia. Di situ aku dapat basic cara bikin jam kayu. Saat tugas akhir kuliah aku juga bikin jam tangan,” katanya.
Karena sudah terlanjur basah di dunia jam tangan, Ica memutuskan menekuni bisnis kerajinan jam tangan kayu.
“Selama magang di produsen jam tangan, banyak ide-ide aku yang belum tersalurkan. Sekarang dengan produksi sendiri, aku bisa menyalurkan ide-ide itu,” tuturnya.
Ica memilih kayu maple sebagai bahan memproduksi jam tangan kayu. Menurutnya, kualitas kayu maple yang biasa digunakan bahan membuat neck gitar itu lebih tahan lama dan seratnya juga bagus.
“Kayu maple ketahanannya bagus. Kalau dari sumbernya kayu maple yang saya beli bisa dikatakan limbah, karena ukurannya bukan papan gede dan masih mentah, tapi sisa-sisa potongan yang dijual lagi. Tapi limbah apa, saya kurang tahu,” ujarnya.
Ketika pesanan banyak, Ica bisa memproduksi 100 biji jam tangan kayu dalam seminggu. Ica dibantu dua temannya untuk memproduksi jam tangan kayu.
Saat ini, ia masih fokus memproduksi jam tangan kayu berbentuk kotak. Proses produksi satu jam kayu biasnya butuh waktu sekitar empat jam.
Dalam prosesnya, Ica yang membuat desain jam tangan kayu. Untuk proses produksi dikerjakan bersama dua temannya.
Jam tangan kayu produksi Ica memang terlihat sederhana, tapi estetik. Warna jam tangan kayu alami warna kayu, tanpa dicat. Agar terlihat lebih cantik, ia memadukan jam tangan kayu dengan strap warna-warni.
“Desainnya memang sederhana, tapi tetap memiliki fungsi sebagai jam tangan,” ungkapnya.
Ica memasarkan produk jam tangan kayu miliknya secara online. Hampir 80 persen pembelinya dari luar kota, paling banyak dari Yogyakarta dan Jawa Barat.
“Pembeli deri lokal Blitar juga ada, tapi hanya sekitar 20 persen, yang 80 persen pembeli dari luar kota,” sebutnya.
Harga normal jam tangan kayu produksi Ica dijual Rp 300.000. Tapi, ketika ada event dan edisi khusus, harga jual jaman tangan kayu milik Ica beda lagi.
Ia juga membuat jam tangan kayu edisi khusus ketika mengikuti event. Misalnya, ketika ikut event Sukarno Coffee Festival di Kota Blitar, Ica memproduksi jam tangan kayu berbahan kayu kopi.
“Kalau ada event, saya bikin jam tangan kayu khusus agar menyatu dengan tema event. Seperti ketika ada event Sukarno Coffee Fest, saya bikin jam tangan dari kayu kopi,” paparnya.
Ia mengaku omzet usaha jam tangan kayu miliknya masih belum besar. Karena satu tahun pertama ini Ica menganggap masih proses babat usaha jam tangan kayu.
“Omzetnya belum stabil. Kalau dirata-rata, omzet per bulan sekitar Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Satu tahun pertama ini bisa dikatakan masih babat. Harapannya mulai tahun ini sudah stabil,” ujarnya.