Metaranews.co, Kediri – Sebanyak 37 persen dari 1000 siswa di Jawa Timur terindikasi intoleransi. Berdasakan keterangan Bakesbangpol, Jawa Timur kecenderungan transmisi paham intoleransi ini didapatkan para pelajar itu dari internet seperti media sosial.
Kepala Bidang Integrasi Bangsa, Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur, Johan Fitriadi mengatakan Survey tersebut diambil pada tahun 2019 yang menyasar para siswa di Jawa Timur.
“Transmisinya lewat beberapa hal yang pertama kemungkinan lewat media sosial, kedua lewat lingkungannya, ketiga karena kondisi ekonomi kemudian ada muncul bibit intoleransi itu,” jelas Johan saat diwawancara Metara di FGD yang diadakan Barisan Kader Gus Dur di sebuah Rumah Makan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Sabtu (11/6/2022).
Johan mengatakan yang miris bibit intoleran ini juga muncul usai adanya perundungan dari siswa ke siswa lain, sehingga muncul rasa sakit hati dan kemudian bibit intoleran ini membesar.
Untuk menanggulangi hal ini, Johan menyebut Bakesbangpol telah membuat beberapa program yang menyasar para siswa dan kaum milenial.
“Yang pertama kita menginternalisasikan kurikulum pancasila dan toleransi ke sekolah-sekolah, ini sedang kita mulai kita punya modul dan baru kita internalisasikan di sekolah-sekolah,” katanya.
Selain itu, Bakesbangpol juga menggandeng Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) untuk mensosialisasikan toleransi antar umat beragama ke siswa.
“Selain dengan FKUB, kami juga menggandeng youtuber dan influenser untuk menyebarkan bibit toleransi, karena para youtuber ini lebih gampang dilihat oleh para milenial,” tuturnya.
Sementara itu, menanggapi data tersebut Ketua DPW Barisan Kader Gus Dur, Ahmad Arizal menyebut Barisan Kader Gus Dur juga ikut serta menebar paham toleransi kepada para milenial dan masyarakat. Salah satunya dengan adanya FGD yang dilakukan di Rumah Makan Rawon Bidadari Kediri yang diadakan hari ini.
“Tujuan dari FGD ini untuk mengantisipasi para kelompok yang mengatasnamakan agama atau yang memiliki tujuan politik sesaat kemudian menciptakan perpecahan antar umat beragama dan membuat perpecahan bangsa dan negara,” katanya.
“Yang mengkhawatirkan seperti masalah Khilafatul Muslimin yang mau mengubah pancasila sebagai ideologi negara, ini harus kita tolak,” ungkapnya.
Menurut Rizal, forum serupa akan dilakukan di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Timur dengan harapan agar kedepan tidak ada kasus intoleransi khususnya dikalangan para remaja.(E2)