Metaranews.co, Kota Kediri – Afandy Dwi Takdir adalah sosok perwira polisi muda yang inspiratif. Lahir di Bone, Sulawesi Selatan, pada 28 Desember 1991, Afandy tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan, keberanian dan semangat, yang menjadi dasar kuat dalam kariernya di Kepolisian Republik Indonesia.
Afandy awalnya tidak bercita-cita menjadi polisi, tapi menjadi pedagang sukses seperti orang tuannya yakni Haji Takdir dan ibunya Hajah Harjunah.
Warisan jiwa pedagang ini lahir dari dari darah kakeknya, Haji Salam, tentara di era kemerdekaan yang juga seorang pedangang dan pejuang.
Lalu mengapa Afandy Dwi Takdir anak kedua dari lima bersaudara ini menjadi polisi, dan apa yang tidak pernah ia bayangkan itu di tahun 2024 ini membawannya menjadi Kasat Lantas Polres Kediri Kota?
“Pedagang itu adalah yang turun-temurun, dalam keluarga kami pedagang itu bukan pekerjaan. Maka harus mencari pekerjaan yang pasti, contoh menjadi polisi. Polisi bisa berdagang, tapi pedagang belum tentu bisa menjadi polisi. Saya juga sempat ingin menjadi dokter, karena ibu saya dulu bercita-cita menjadi dokter tapi tidak kesampaian. Eh saya malah mendapat istri dokter,” kata pria yang juga menjadi suami dari dokter Harli Pramitasari Nasution itu.
Prinsip Hidup dan Keteguhan
Lahir di Bumi Arung Palakka, julukan untuk Kota Bone, Afandy Dwi Takdir telah digembleng banyak hal sedari kecil.
Haji Takdir dan Hajah Harjunah orang tuanya yang memegang semboyan seperti kebanyakan orang Bone, yakni mali’ siparappe, tallang sipahua, yang artinya jika dihanyutkan oleh air, maka akan diselamatkan atau dibantu untuk mencapai tepian, jika tenggelam, maka akan diangkat atau diselamatkan. Menjadikannya seperti sekarang sebagai bagian dari Pasukan Bhayangkara militan.
Moto ini mencerminkan semangat gotong royong dan solidaritas yang sangat kuat dalam masyarakat Bone.
Dalam kehidupan masyarakat Bone, filosofi ini mengajarkan bahwa dalam situasi apapun, terutama dalam kesulitan. Masyarakat Bone harus selalu siap membantu dan menyelamatkan sesama yang sedang menghadapi kesulitan.
Nilai ini menunjukkan semangat persatuan, kebersamaan, dan rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.
Hal ini pula yang membawa Haji Takdir menjadi pedagang sukses yang pantang menyerah sejak ia menikah 1989 hingga saat ini.
Jatuh bangun dalam proses tersebut menggembleng pula sifat dan keteguhan Afandy dan keempat saudaranya yang lain.
Selain itu, semangat orang Bone juga erat kaitannya dengan nilai sipakatau, sipakalebbi, sipakainge, yang merupakan falsafah Bugis-Makassar untuk menghormati, menghargai, dan saling mengingatkan satu sama lain.
Nilai-nilai ini menjadi dasar perilaku sehari-hari dan hubungan sosial masyarakat Bone.
Semangat perjuangan masyarakat Bone juga terinspirasi dari para raja dan pahlawan Bone yang terkenal, seperti Arung Palakka, yang dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah Sulawesi Selatan.
Keberanian, keteguhan hati, dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan menjadikan semangat Bone sebagai warisan yang dihormati dan dijaga turun-temurun.
Perjalanan Pendidikan dan Karier
Perjalanan Afandy dalam dunia pendidikan dimulai dari SD Negeri Lalowosula, yang kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 1 Lappariaja.
Ia melanjutkan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Ulaweng, yang menjadi fondasi akademis dan karakter untuk karier gemilangnya di kepolisian.
Afandy adalah Alumni SMAN 1 Ulaweng, yang juga alumni kali pertama yang masuk AKPOL. Hal ini terbukti pada tahun 2015, ia berhasil masuk Akademi Kepolisian (Akpol), salah satu pencapaian besar dalam hidupnya.
“Alhamdulillah saya adalah alumni SMAN 1 Ulaweng yang kali pertama masuk dan lolos AKPOL. Untuk lolos di AKPOL pun penuh perjuangan yang berat. Saya daftar Akpol 2009, gagal pantukhir daerah, daftar Bintara 2010, gagal di perankingan. Terus daftar AKPOL 2010, gagal di parade pantukhir. Tidak putus asa saya daftar lagi Bintara 2011, tapi tidak melanjutkan tes, dan yang terakhir daftar AKPOL 2011 akhirnya terpilih dan lolos,” kata bapak dua anak ini.
Afandy tak pernah berhenti mengembangkan diri. Ia melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada tahun 2020, membekali dirinya dengan ilmu dan strategi kepolisian yang lebih mendalam.
Berkat disiplin dan ketekunannya, Afandy mendapatkan pangkat Inspektur Polisi Dua (Ipda) pada tahun 2015, yang menjadi awal kariernya sebagai perwira polisi.
Dedikasi dalam Setiap Penugasan
Afandy tidak hanya dikenal sebagai perwira yang cerdas, tetapi juga sebagai sosok yang tangguh dalam menghadapi berbagai penugasan.
Selama bertugas di berbagai unit kepolisian, ia menunjukkan ketangguhan dan kemampuan kepemimpinan yang luar biasa. Mulai dari Brimob, Danki Kompi, hingga PAURPROGAR URREN MEN II, Afandy selalu menunjukkan integritas tinggi dan keberanian dalam menjalankan tugas-tugas berat.
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah ketika ia diamanahkan menjadi Kasatlantas Polres Kediri Kota pada Agustus 2024.
Posisi ini bukan hanya tentang memimpin pengelolaan lalu lintas, tetapi juga berperan dalam memastikan keamanan masyarakat melalui operasi-operasi strategis.
Afandy membawa pendekatan humanis dalam menjalankan tugasnya, yang menjadi inspirasi bagi anak-anak muda yang bercita-cita menjadi bagian dari penegak hukum.
Penghargaan dan Tanda Kehormatan
Karier gemilang Afandy diwarnai dengan berbagai penghargaan yang membuktikan betapa besarnya pengabdian yang ia berikan.
Pada tahun 2019, ia dianugerahi Satyalancana Operasi Kepolisian, sebuah tanda kehormatan atas dedikasinya dalam berbagai operasi kepolisian yang ia jalani sebelumnya.
Penghargaan ini tidak hanya menjadi simbol pencapaian pribadi, tetapi juga pengakuan dari negara atas kontribusinya dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Perjalanan Karier dan Kontribusi
Sebagai seorang anggota intelijen dan kepolisian, perjalanan Afandy Dwi Takdir tidak hanya berfokus pada penegakan hukum, tetapi juga pada pengembangan kebijakan dan strategi yang mendukung keamanan nasional.
Dalam penugasannya sebagai Agen Intelijen Ahli Madya di BIN, Afandy berperan penting dalam merumuskan dan mengimplementasikan strategi intelijen di bidang pertanian, pertanahan, dan kelautan.
Penugasannya mencakup analisis mendalam dan penilaian situasi yang berdampak pada kebijakan ekonomi dan keamanan negara.
Di lapangan, Afandy dikenal sebagai sosok yang mampu beradaptasi dengan cepat dalam berbagai situasi dan tantangan
Pengalamannya sebagai ajudan Menteri Pertanian RI menunjukkan kepercayaannya dalam mengelola dan memberikan dukungan strategis di tingkat pemerintahan.
Kemampuannya untuk bekerja di lingkungan yang dinamis, dan sering kali penuh tekanan, adalah cerminan dari dedikasinya dan kemampuannya dalam menjaga stabilitas dan keamanan.
Kontribusi Afandy dalam berbagai pelatihan dan pendidikan, seperti di Brimob dan STIK Lemdiklat Polri, memperkuat kemampuannya dalam kepemimpinan dan manajemen operasional.
Keterampilannya dalam bahasa Inggris dan Bugis juga memudahkan komunikasi dengan berbagai pihak, baik domestik maupun internasional, dan memperluas jaringan kerjanya.
Kepemimpinan yang Menginspirasi
Afandy adalah sosok yang sangat inspiratif, terutama bagi generasi muda. Sebagai seorang Bugis, ia menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang mengutamakan keberanian, kehormatan, dan kerja keras.
Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap tugas yang diembannya, tidak pernah setengah hati, dan selalu siap menghadapi tantangan apa pun yang ada di hadapannya.
Kisah hidup Afandy mengajarkan bahwa dengan tekad dan disiplin, seseorang bisa meraih impian dan memberikan dampak besar bagi masyarakat luas.
Afandy bukan hanya seorang polisi, tetapi juga seorang pemimpin yang mampu membawa perubahan positif di lingkungannya.
Melalui kisahnya, ia menginspirasi banyak anak muda untuk tidak takut bermimpi besar dan terus berjuang, apa pun tantangan yang dihadapi.
Masa Depan dan Harapan
Dengan rekam jejak yang mengesankan dan berbagai pencapaian yang telah diraih, masa depan Afandy Dwi Takdir dalam dunia kepolisian dan intelijen tampak sangat cerah.
Dedikasinya terhadap tugas dan tanggung jawab, serta kemampuannya untuk berinovasi dan beradaptasi, menjadikannya salah satu aset berharga bagi institusi kepolisian dan BIN.
Kehadirannya dalam posisi-posisi strategis, baik di tingkat lokal maupun nasional, memberikan harapan besar akan kontribusinya terhadap pengembangan kebijakan dan strategi yang mendukung keamanan dan kesejahteraan negara.
Melalui komitmennya yang kuat, Afandy terus membuktikan bahwa dedikasi dan keahlian adalah kunci untuk mencapai keberhasilan dan membuat perbedaan dalam pelayanan publik.
Pesan Inspiratif
Afandy sering memberikan pesan kepada rekan-rekan dan generasi muda untuk tidak pernah berhenti belajar dan berkembang. Baginya, pendidikan bukan hanya di bangku sekolah, tetapi juga dari pengalaman hidup dan tantangan yang dihadapi setiap hari.
Ia percaya bahwa dengan pendidikan dan integritas, seseorang bisa menghadapi segala rintangan dan mencapai kesuksesan.
“Jangan pernah ragu untuk berbuat baik dan mengabdi untuk negara. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini bisa menjadi jejak yang akan diingat oleh generasi mendatang,” kata Afandy.
Afandy Dwi Takdir adalah contoh nyata bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan ketulusan, siapa pun bisa menjadi pemimpin yang menginspirasi dan memberikan dampak besar bagi masyarakat.
Sejarah Nenek Moyangnya
La Galigo adalah sebuah karya epik dari budaya Bugis, Sulawesi Selatan, yang dianggap sebagai salah satu epos terpanjang di dunia, bahkan lebih panjang dari ‘Mahabharata’ dan ‘Iliad’.
Kisah ini ditulis dalam bentuk puisi, terdiri dari sekitar 6.000 halaman dan 300.000 baris, serta menceritakan tentang mitos penciptaan dan kehidupan awal di bumi.
Kisah La Galigo bukan hanya sekadar mitos, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan spiritual masyarakat Bugis, seperti keberanian, kehormatan, kesetiaan, serta hubungan erat antara manusia dengan alam dan dunia gaib.
Epos ini juga mengandung banyak ajaran moral yang masih relevan bagi kehidupan masyarakat Bugis hingga saat ini.
Walaupun sebagian besar cerita La Galigo lebih dikenal secara lisan, teksnya kini telah dijaga dan dipelajari sebagai salah satu warisan budaya dunia.
UNESCO mengakui naskah ini sebagai salah satu warisan dokumenter dunia pada 2011, menggarisbawahi pentingnya La Galigo dalam memperkaya khazanah sastra dan sejarah dunia.
Sebelum kehadiran Afandy Dwi Takdir di Kediri, 347 tahun sebelumnya Karaeng Galesong seorang tokoh legendaris dari Sulawesi Selatan telah hadir di Kota Kediri.
Ia merupakan salah satu pemimpin dalam perlawanan rakyat Sulawesi Selatan terhadap penjajah Belanda pada abad ke-17.
Karaeng Galesong dikenal sebagai pejuang tangguh yang terus berjuang mempertahankan kedaulatan bangsanya meski harus meninggalkan tanah kelahirannya setelah kekalahan kerajaan Makassar dalam Perjanjian Bongaya tahun 1667.
Setelah kekalahan Makassar dalam perang melawan Belanda, Karaeng Galesong bersama Sultan Hasanuddin dan para bangsawan lainnya menolak tunduk pada Belanda.
Ia meninggalkan Sulawesi dan bergabung dengan para pelaut Bugis dan Makassar yang beroperasi sebagai pelaut dan perompak di Laut Jawa.
Karaeng Galesong dikenal memiliki perlawanan yang gigih, bahkan bergabung dengan pasukan Trunojoyo, pemimpin pemberontakan di Jawa melawan kekuasaan Mataram dan Belanda.
Pusat kekuasaan Trunojoyo dan Karaeng Galesong itu ada di Kompleks Masjid Setono Gedong Jalan Dhoho Kota Kediri, atau tepatnya di belakang Mako Satlantas Polres Kediri Kota.
Berkuasanya Trunojoyo dan Karaeng Galesong di Kediri yang memiliki benteng seluas 8,5 kilometer setelah sebelumnya mampu mengalahkan Amangkurat I yang berpihak kepada VOC.
“Karaeng Galesong berasal dari keturunan bangsawan Gowa, salah satu kerajaan besar di Sulawesi Selatan. Namanya diabadikan sebagai simbol keberanian dan perlawanan melawan penjajahan, khususnya dalam sejarah perjuangan melawan kekuasaan kolonial di wilayah timur Indonesia, tepatnya di Kediri. Mungkin ini sudah takdir yang membawa saya kesini (Kediri) seperti yang dilakukan leluhur kami,” kata Afandy Dwi Takdir
Selain keterlibatannya dalam perlawanan, kisah Karaeng Galesong juga menyiratkan hubungan erat antara masyarakat Sulawesi dan Jawa pada masa itu, di mana banyak pejuang Sulawesi turut ambil bagian dalam perjuangan di Jawa.