Metaranews.co – Kisah cinta antara Ken Arok dan Ken Dedes merupakan salah satu cerita legendaris dalam sejarah Nusantara yang penuh dengan intrik, ambisi, dan takdir.
Kisah ini tidak hanya menyangkut hubungan asmara, tetapi juga menjadi bagian penting dari sejarah berdirinya Kerajaan Singasari, yang kelak menjadi cikal bakal kebesaran Majapahit.
Pertemuan Ken Arok dan Ken Dedes
Dalam buku bertajuk Pararaton (1965) oleh R. Pitono, Ken Arok tumbuh sebagai sosok berandal yang gemar berjudi dan kerap melakukan aksi perampokan. Meski ia dalah anak dari seorang pejabat daerah era kekuasaan Kerajaan Kediri.
Dalam perjalanan hidupnya, Ken Arok kemudian bertemu dengan seorang brahmana yang konon datang dari India bernama Lohgawe. Brahmana ini sedang mencari orang yang diyakininya sebagai titisan Dewa Wisnu di tanah Jawa.
Dilansir dari Sanatana Dharma (2020) karya Made Urip Dharmaputra, Lohgawe meyakini jika Ken Arok adalah orang yang ia cari. Lohgawe pun menyebut bahwa kelak Ken Arok akan menjadi penguasa jagat atau Chakravartin.
Lohgawe lalu mengajak Ken Arok ke Tumapel untuk bekerja kepada penguasa di sana, yakni Tunggul Ametung. Atas permohonan Lohgawe, Tunggul Ametung bersedia menerima Ken Arok sebagai pengawalnya.
Permintaan langsung Lohgawe sebagai seorang brahmana tentunya sulit ditolak oleh Tunggul Ametung. Terlebih, kepada Tunggul Ametung, Lohgawe mengatakan bahwa Ken Arok adalah anak angkatnya.
Tunggul Ametung memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Ken Dedes. Ia merupakan putri semata wayang seorang pendeta Buddha, Empu Purwa yang tinggal di lereng Gunung Kawi, di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar sekarang.
Sebagai pengawal pribadi, Ken Arok selalu mendampingi Tunggul Ametung beserta istrinya, Ken Dedes. Hingga sebuah peristiwa yang terjadi tanpa disengaja, membuat pecahnya tragedi yang tak seolah merubah takdir keduanya.
Dalam sebuah momen yang tak terlupakan, Ken Arok melihat Ken Dedes turun dari kereta kencana, dan secara tidak sengaja ia melihat betis sang wanita. Dari dalam singkapan itu, terlihat pancaran sinar yang membuat Ken Arok terpukau.
Apa yang dialami oleh Ken Arok tersebut kemudian ia ceritakan kepada Lohgawe. Sang Brahmana itupun mengakan bahwa sinar yang dilihat Ken Arok itu adalah pertanda bahwa ia ditakdirkan untuk menjadi ibu dari raja-raja besar.
Ambisi dan Obsesi
Ken Arok yang terpesona pada kecantikan dan takdir besar Ken Dedes mulai merancang strategi untuk merebutnya. Ambisinya tak hanya didorong oleh cinta, tetapi juga oleh keinginan untuk naik ke tampuk kekuasaan.
Dalam upayanya, ia meminta Mpu Gandring, seorang pandai besi sakti, untuk membuatkan sebuah keris. Namun sebelum keris tersebut selesai, Ken Arok membunuh Mpu Gandring menggunakan keris itu sendiri.
Sebelum wafat, Mpu Gandring mengutuk keris tersebut, bahwa keris itu akan membawa kehancuran bagi tujuh turunan pemiliknya.
Pembunuhan Tunggul Ametung
Ken Arok menggunakan keris Mpu Gandring untuk membunuh Tunggul Ametung dan kemudian menikahi Ken Dedes. Dengan pernikahan ini, Ken Arok menjadi penguasa Tumapel.
Peristiwa ini menjadi awal mula berdirinya Kerajaan Singasari. Namun kutukan keris Mpu Gandring mulai menunjukkan dampaknya.
Ketika Ken Arok naik takhta, ia menghadapi berbagai konflik dan pengkhianatan dari pihak-pihak yang berambisi merebut kekuasaan.
Cinta yang Diliputi Kutukan
Meskipun Ken Arok berhasil mendapatkan Ken Dedes, kisah cinta mereka tidak sepenuhnya bahagia. Kutukan Mpu Gandring terus menghantui kehidupan mereka dan keturunan mereka.
Ken Arok akhirnya tewas dibunuh oleh Anusapati, putra Ken Dedes dari pernikahannya dengan Tunggul Ametung, yang juga menggunakan keris yang sama.
Kisah cinta Ken Arok dan Ken Dedes terus hidup dalam cerita rakyat, seni, dan sastra Indonesia.
Sebagai bagian dari sejarah, kisah ini seolah mengingatkan kita bahwa ambisi manusia sering kali berujung pada kehancuran. Di balik kisah cinta mereka, terselip pesan tentang bahaya keserakahan dan dampak dari tindakan yang tidak bermoral.