Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengalami lonjakan signifikan. Dari semula Rp7.000–Rp7.200 kini tembus Rp8.000–Rp8.400 per kilogram.
Kenaikan ini dibenarkan Totok, petani di Dusun Jombangan, Desa Tertek, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Ia menyebut ini merupakan kenaikan kedua sejak awal 2024.
“Naik (menjadi) sekitar Rp8.000 sekian,” kata Totok saat ditemui METARA, Selasa (22/8/2025).
Menurut Totok, kenaikan harga biasanya terjadi sebelum panen raya, terutama pada musim tanam kemarau, karena permintaan tinggi sementara pasokan terbatas.
Meski harga naik, Totok mengaku hal ini tidak terlalu mempengaruhi dirinya yang terbiasa menjual gabah ke Bulog dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram.
“Soalnya udah lama ikut (menjual) ke Bulog, sejak orang tua saya yang juga petani padi, jadi ya sudah terbawa sama kebiasaan,” jelasnya.
Petani Lain Pilih Tengkulak
Berbeda dengan Totok, Moh Soleh, petani di Desa Karangtengah, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, mengatakan kenaikan harga baru terasa bila menjual gabah ke tengkulak.
“Kalau (menjual gabah) di Bulog pasti harganya tetap itu-itu saja. Coba ke tengkulak, pasti bisa mencapai Rp8.400 per kilogramnya,” tutur Soleh.
Ia menilai tengkulak lebih menguntungkan karena prosesnya cepat, pembayaran tunai, dan tidak serumit prosedur di Bulog.
“(Proses di Bulog) kelamaan soalnya, mendingan langsung ke tengkulak. Panen, dapat uang, langsung bisa cepat tanam lagi. Mumpung harganya (gabah) bagus,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bulog Cabang Kediri, Harisun, menegaskan pihaknya tidak memiliki kewenangan maupun kewajiban menyerap GKP dari petani. Bulog lebih fokus pada sosialisasi untuk menjaga stabilitas harga dan stok beras.
“Kalau memang tidak mau (menjual ke Bulog) ya tidak masalah, kami tidak memaksa. Itu hak petani untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, termasuk harga tinggi dalam penjualan gabah kering panen,” pungkasnya.