Warga Gadungan Kediri Puluhan Tahun Terpapar Asap Industri Bata Merah

Kediri
Caption: Kondisi Jalan kampung di Dusun Templek, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat (22/8/2025). Tampak asap dari industri bata merah menyelimuti jalanan

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Jalan kampung di Dusun Templek, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menyimpan cerita unik sekaligus memprihatinkan.

Para pengendara, terutama roda dua, diharuskan “keadaan” untuk memakai masker saat melintas di jalan tersebut.

Bacaan Lainnya

Hal itu bukan tanpa alasan. Sebab, hampir setiap hari asap tebal dari industri pembuatan bata merah di desa tersebut mengepul dan menutupi kawasan sekitar.

Sujianto, warga Kecamatan Pare, yang rutin melewati jalan Desa Gadungan, mengatakan bahwa hampir semua pengendara selalu memakai masker.

“Tentunya dengan mengenakan masker ini untuk mencegah polusi, agar tak terhisap asapnya,” ucap Sujianto saat di temui METARA, Jumat (22/8/2025).

Keterangan serupa diungkapkan Moch Fajar, pemuda asal Kecamatan Gurah. Menurutnya, asap dari pembakaran bata merah sudah berlangsung puluhan tahun.

“Jadi ya sudah terbiasa (mengenakan masker) bila melewati jalan ini (Dusun Templek),” terangnya.

Masyarakat setempat pun menganggap kebiasaan itu sebagai perkara wajib. Sebab, bila melintas tanpa masker bisa mengalami batuk hingga sesak napas.

P (45), salah satu warga Dusun Templek, mengaku anaknya berinisial HA pernah batuk selama seminggu akibat menghirup asap pembakaran bata merah.

“Ya memang (anak saya) kalau mau berangkat sekolah harus lewat jalan itu (Dusun Templek). Jadi tiap hari terus menghirup asap (pembakaran bata) tersebut,” jelasnya.

Asap yang mengepul di sepanjang jalan Desa Gadungan seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan warga.

Industri bata merah yang berdiri puluhan tahun secara turun-temurun membuat kondisi ini dianggap lumrah, meski berdampak pada kesehatan masyarakat.

“Ya mau gimana lagi, industrinya (pembakaran bata merah) sudah beroperasi puluhan tahun, turun-temurun hingga anak cucu. Jadi ya sudah hal yang lumrah di sini,” tutupnya.

Pos terkait