Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Peziarah berdatangan untuk mengenang sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden ke-4 Republik Indonesia, yang kini resmi menyandang gelar Pahlawan Nasional.
Namun bagi masyarakat, penghargaan ini bukan sekadar simbol. Ia adalah pengakuan atas perjuangan panjang Gus Dur dalam membangun demokrasi, menegakkan kemanusiaan, dan merawat keberagaman bangsa Indonesia.
Gus Dur lahir dari lingkungan pesantren yang sarat nilai keilmuan dan spiritualitas.
Dari Tebuireng, pesantren yang didirikan kakeknya, KH Hasyim Asy’ari, ia tumbuh menjadi sosok yang berpikir terbuka, kritis, dan berani menembus batas-batas tradisi.
Pemikiran-pemikirannya tentang toleransi, kebebasan beragama, dan keadilan sosial menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh di era reformasi.
Dalam setiap langkahnya, Gus Dur selalu menempatkan kemanusiaan di atas kepentingan politik.
“Beliau pejuang kemanusiaan. Tidak membeda-bedakan siapa pun. Ketika orang lain sibuk bicara perbedaan, Gus Dur justru mengajarkan kita untuk saling menghargai,” tutur Rakja (32), peziarah asal Indramayu, Jawa Barat, saat ditemui di Tebuireng, Senin (10/11/2025).
Bagi peziarah lainnya, Qoni’ah, Kepala MTs Ma’arif NU Blitar, ziarah ke makam Gus Dur adalah momen pembelajaran sejarah.
Qoni’ah melihat Gus Dur bukan sekadar tokoh agama, tetapi guru bangsa yang mengajarkan pentingnya berpikir kritis dan berbuat adil.
“Kami ingin anak-anak belajar dari Gus Dur tentang keberanian menyuarakan kebenaran dan menghargai perbedaan. Beliau bukan hanya milik NU, tapi milik Indonesia,” ujarnya.
Menurut Qoni’ah, Gus Dur menanamkan semangat inklusivitas dan keberanian moral yang kini semakin langka di kalangan pemimpin.
“Beliau rela kehilangan jabatan demi mempertahankan prinsip. Itulah pahlawan sejati,” tambahnya.
Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Gus Dur di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Gelar tersebut diserahkan kepada Sinta Nuriyah Wahid, istri beliau, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 116/TK/Tahun 2025.
Dalam keputusan itu disebutkan bahwa penghargaan diberikan atas jasa luar biasa Gus Dur dalam memperjuangkan demokrasi, pendidikan Islam, dan nilai-nilai kemanusiaan.
“KH Abdurrahman Wahid adalah tokoh bangsa yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri untuk kemanusiaan, demokrasi, dan pluralisme,” demikian naskah dalam upacara penganugerahan tersebut.






