Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Kayu gmelina menjadi bahan utama yang diolah Cokro Retantoko (32), warga Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, hingga menghasilkan berbagai karya seni bernilai jual.
Proses pengerjaan yang teliti dan berlapis membuat produk buatannya banyak diminati.
Cokro menjelaskan, tahapan awal dimulai dari pemilihan kayu yang memiliki tekstur dan warna terbaik.
Kayu kemudian dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu, agar tidak lembap dan lebih awet saat digunakan sebagai media gambar.
“Kayu harus benar-benar kering supaya hasilnya bagus. Setelah itu baru dipotong sesuai ukuran pesanan,” jelasnya, Selasa (18/11/2025).
Setelah kayu siap, proses masuk pada pembuatan sketsa. Ia menggambar pola dasar menggunakan pensil untuk menentukan proporsi wajah atau objek yang akan dibuat. Tahap ini menjadi fondasi awal sebelum karya diperjelas.
“Pertama membuat sketsa dulu, baru mempertegas garis dengan pensil supaya detailnya jelas,” ujarnya.
Tahap berikutnya adalah pendetailan. Pada proses ini, Cokro memberi penekanan pada garis-garis wajah, bayangan, serta tekstur agar hasilnya lebih hidup. Detail tersebut dikerjakan secara perlahan untuk menjaga presisi.
Setelah semua detail selesai, produk masuk ke tahap finishing. Ia menggunakan clear coat sebagai pelapis untuk menonjolkan warna alami kayu sekaligus melindungi permukaan dari kerusakan.
“Finishing penting supaya warnanya keluar dan kayu lebih tahan lama,” terangnya.
Produk yang dihasilkan dijual dengan harga beragam, mulai Rp140 ribu untuk lukis kayu ukuran kecil, Rp750 ribu–Rp1,2 juta untuk ukuran sedang, hingga Rp7,5 juta untuk ukir wajah ukuran jumbo 1×1,5 meter.
“Harga tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya,” jelasnya.
Dengan kapasitas produksi hingga tiga karya ukuran kecil per hari, ia menerima pesanan dari berbagai daerah, termasuk pengiriman ke luar negeri.
“Paling jauh kirim ke China dan Jerman,” kata Cokro.






