Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Harga cabai di Kediri terus merangkak naik hingga mencapai Rp95.000 per kilogram dalam sepekan terakhir.
Namun, lonjakan harga ini belum sepenuhnya membawa keuntungan bagi petani cabai di Kabupaten Kediri.
Di tingkat petani, harga cabai saat ini berkisar antara Rp68.000 hingga Rp82.000 per kilogram.
Meski demikian, para petani mengaku belum dapat merasakan keuntungan, karena kondisi tanaman yang banyak terdampak cuaca dan serangan penyakit.
“Kalau panennya bagus, harga segini untung. Tapi sekarang tanamannya masih berbunga, belum panen. Banyak juga yang layu karena cuaca,” kata Solikin, petani cabai asal Desa Pagu, Kabupaten Kediri, Rabu (10/12/2025).
Solikin menuturkan, dari lahan seluas 100 ru atau sekitar 14.000 meter persegi, ia hanya mampu memanen sekitar 10 kilogram cabai sekali panen. Padahal dalam kondisi normal, produktivitasnya bisa mencapai 260 kilogram.
“Biasanya bumi 100 ru itu bisa dapat 10 kilogram, kalau kondisi bagus bisa panan sampai 260 kilogram. Sekarang banyak yang rontok, layu. Ada yang baru berbunga sudah mati,” keluhnya.
Ia menyebut, tingginya angka rontok dan layu pada tanaman cabai sulit diprediksi, terutama akibat hujan yang datang tidak menentu.
“Masalah rontoknya itu karena pas hujan, mulai bunga, kena cuaca, terus layu, mati pohonnya,” jelasnya.
Solikin menambahkan, saat ini juga belum memasuki musim panen raya. Kondisi itu membuat pasokan cabai petani masih rendah sehingga harga melonjak.
Namun bagi petani yang tanamannya rusak atau belum siap panen, kenaikan harga tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima.
“Kalau panennya tidak layu, ya untung. Tapi sekarang belum bisa bilang untung, karena tanamannya banyak yang rusak,” terangnya.
Fenomena ini kembali menunjukkan ironi di sektor pertanian, ketika harga naik, produksi justru menurun. Sebaliknya, saat produksi tinggi, harga anjlok.
Keluhan serupa disampaikan Bakir, petani asal Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu.
Bakir menyebut panenan tahun ini hanya sekitar 30–35 kilogram, jauh menurun dari kondisi normal yang biasanya mencapai 75 kilogram per panen.
“Hujan yang terus-menerus membuat buah cepat membusuk, dan memicu serangan penyakit pada tanaman,” kata Bakir.
Untuk mempertahankan tanaman, para petani bahkan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perawatan, termasuk pembelian obat-obatan.
Dalam sebulan, Bakir menghabiskan sekitar Rp200.000 untuk kebutuhan tersebut.
Meskipun harga cabai sedang tinggi, ia mengaku keuntungan yang didapat tetap tipis karena hasil panen rendah.
“Kalau harga tinggi ya beruntung, tapi tipis. Dapatnya sedikit karena banyak tanaman sakit,” ujar Bakir.
Bakir berharap kondisi cuaca segera membaik agar tanaman kembali produktif, dan petani tidak terus mengalami kerugian.






