Metaranews.co, Kediri- Sebagai salah satu lumbung pangan di Jawa Timur, Kediri memang mempunyai keistimewaan tersendiri. Kualitas tanah, cuaca, dan suhu yang ada di Kediri menunjang sektor pertanian. Khususnya wilayah timur Kabupaten Kediri yang memiliki Gunung Kelud dan banyaknya aliran sumber air serta sungai tentu akan sangat bermanfaat untuk para petani.
Ternyata, konsep pembangunan infrastruktur irigasi sudah ada jauh dibanding zaman kolonial Belanda. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Prasasti Kusmala. Sebuah prasasti yang menceritakan tentang keberhasilan masyarakat Kediri bagian timur dalam membangun waduk sebagai bagian dari aliran irigasi persawahan.
Kusmala sendiri ialah nama lain dari daerah Kandangan. Prasasti ini dikisahkan tentang keberhasilan masyarakat Kusmala telah berhasil membuat sebuah waduk atau dawuhan. Ketua Komunitas Pelestari Sejarah – Budaya Kadhiri (Pasak), Novi Bahrul Munib, menerangkan prasasti ini diperkirakan dibuat pada tahun 1272 Saka. Dalam kalender masehi, prasasti ini berkisar tahun 1340 Masehi.
Dari bentuknya, kata Novi, prasasti ini terbuat dari bebatuan gunung dengan menggunakan Aksara Jawa Kuno. Selain itu, terdapat ukiran lencana pada bagian atas prasasti. Novi menerangkan lencana pada prasasti biasanya menunjukkan tentang identitas kerajaan atau raja. Namun dalam Prasasti Kusmala, Novi tidak dapat memastikan apakah bentuk lencana ukir tersebut.
“Untuk lencana yang terdapat pada prasasti kusmala masih belum jelas, apakah itu hanya sebuah hiasan, atau perlambang dari Kerajaan Majapahit,” ungkapnya.
Novi menjelaskan bahwa ada ada dua versi pendapat yang mengatakan bahwa lencana ukir tersebut bergambar Genta atau biksu yang membawa lonceng dan buket bunga.
Siapakah orang yang memimpin pembangunan waduk atau dawuhan itu? Mendapatkan pertanyaan ini, Novi menjelaskan bahwa pembangunan waduk tersebut diarsiteki Rakryan Demung Sang Martabun dan Rangga Sapu. Ketika berhasil menyelesaikannya, keduanya mendapatkan hadiah Prasasti Kusmala dari Raja Bawahan Kerajaan Majapahit Wilayah Blora dan Bojonegoro, yakni Paduka Batara Mataun Sri Batara Wijayasananta Wiktamottunggadewa.
Letak Waduk Kusmala sendiri diperkirakan berada di wilayah aliran Kali Konto, Kali Pait, dan sekitar wilayah Kasembon, Kabupaten Malang. Novi menyebut bahwa ada catatan peninggalan kolonial Belanda yang memperkirakan letak Waduk Kusmala berada di wilayah Kandangan, merujuk dari penemuan prasasti tersebut. (Anggoro/Setyo)