Metaranews.co, Kediri – Menjadi kepala daerah adalah berniat menjadi pelayan masyarakat. Falsafah itulah yang terus dipegang Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramono dalam memimpin Kabupaten Kediri.
“Jadi kepala daerah tidak boleh banyak bicara tapi harus banyak mendengar,” kata Mas Dhito.
Dari awal kemunculannya untuk mengikuti kontestasi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati akhir tahun 2020 lalu, Bupati yang memiliki sapaan Mas Dhito ini dihadapkan dengan berbagai problematika masyarakat yang serius. Terutama masalah reformasi birokrasi.
Berangkat dari hal itu, Mas Dhito terlihat serius mendalami persoalan-persoalan di masyarakat dengan blusukan ke berbagai desa saat kampanye. Bisikan masyarakat inilah yang membuat dirinya gencar melakukan reformasi birokrasi.
Banjir keluhan. Satu fenomena baru di Kabupaten Kediri paska 20 tahun masyarakat menahan gejolak permasalahan yang ada. Usai menang lawan kotak kosong dengan perolehan suara 76,5 persen, Mas Dhito menepati janji politiknya untuk membuat agenda Jumat Ngopi (Ngobrol Persoalan dan Solusi).
Sesuai dengan namanya, acara ini ditujukan untuk ngobrol persoalan dan mencari solusi antara warga dengan bupatinya. Tak dipungkiri, munculnya program Jumat Ngopi itu menjadi wadah bagi warga untuk menyampaikan berbagai persoalan yang ada di daerah. Serta digadang-gadang menjadi terobosan untuk mendekatkan kepala daerah dengan warganya
Lantas, apakah agenda ini benar membuat antara kepala daerah dan masyarakat menjadi tanpa sekat dan batas?
“Jumat Ngopi, Kamis Ngopi, atau Rabu Ngopi ini bagaimana caranya kita yang ada di permerintahan ini dapat potret permasalahan yang ada di masyarakat secara langsung,” ungkap Mas Dhito.
Begitulah Mas Dhito menjawab pertanyaan mengenai caranya memangkas birokrasi pelaporan aduan dan aspirasi yang terlalu pajang itu.
Dari 16 kali agenda penyerapan aspirasi setahun belakangan ini, kurang lebih 288 aspirasi warga masuk langsung ke telinga Mas Dhito. 96 usulan tertulis bagi masyarakat yang belum dapat kesempatan menyampaikan aspirasinya juga masuk ke dalam catatan Mas Dhito untuk dicarikan solusinya.
Angka yang terbilang sedikit untuk menjaring keluhan masyakat. Menurut Mas Dhito, Hal ini terjadi karena Kabupaten Kediri pada kuartal ke-dua tahun lalu mengalami lonjakan Covid-19. Sehingga membuat Bupati berusia 29 tahun ini meniadakan Jumat Ngopi tersebut.
Meski demikian, Mas Dhito tetap menyediakan lumbung penampung keluh kesah masyarakatnya lewat Aplikasi Halo Masbup dan akun instagram @dhitopramono.
Total 3.296 laporan masuk dalam kanal aduan Halo Masbup. Sedangkan 2.759 laporan atau setara 83,7 % sudah diselesaikan oleh Bupati berkacamata itu.
Kemudian, ribuan aduan juga masuk lewat Direct Massage (DM) Instagram dan komentar akun @dhitopramono.
Dengan gaya blusukannya, suami dari Eriani Annisa ini terlihat menyelesaikan berbagai masalah yang diadukan lewat Jumat Ngopi maupun kanal aduan yang disediakan.
Seperti yang ia lakukan saat menggapi keluhan Ririn Triyani, warga Desa Ngancar, Kecamatan Ngancar yang datang saat Jumat Ngopi pada 24 Desember 2021 lalu.
Ririn menceritakan keluhannya mengenai 2 bulan aliran air PDAM di desanya belum ada pembenahan. Dan membuat warga kekurangan pasokan air sehingga warga 6 desa di Kecamatan Ngancar terpaksa membeli air 150 ribu/tanki untuk satu minggu.
“Setelah ini (Jumat Ngopi) saya akan langsung cek ke lapangan, cek langsung sore ini,” jawab Mas Dhito pada Ririn.
Tak menunggu keesokan hari, Selepas acara tersebut Mas Dhito langsung meninjau kondisi air di lereng Gunung Kelud itu. Mas Dhito pun memberikan solusi dengan memperbaiki saluran pipa yang tersumbat oleh longsoran.
Keluhan salah satu warga Kecamatan Plosoklaten soal adanya sabung ayam di daerahnya pun terselaesaikan saat itu juga oleh Mas Dhito. Saat Jumat Ngopi 22 Okterber 2021, Pihaknya menginstruksikan langsung Camat melalui saluran telepun agar menutup arena sabung ayam tersebut.
Berawal dari Jumat Ngopi, kisah terselenggaranya pagelaran Senja (Seni Jaranan) atas aspirasi salah satu pelaku seni. Adalah Mak Sablah seorang pelaku Seni Jaranan yang mengusulkan untuk diadakan pegelaran tersebut akibat vakumnya pelaku seni saat masa pandemi.
“Matur suwun (terima kasih) Mas Dhito, kami pelaku Seni Jaranan bisa pentas lagi,” kata Mak Sablah saat Pagelaran Senja pada Minggu, 21 November 2021.
Kemudian, seberapakah tingkat keberhasilan Mas Dhito dalam mengatasi problematika di daerahnya dengan menggunakan Jumat Ngopi dan kanal aduan yang lain? Tetap masyarakat yang menentukan.(E2)