Metaranews.co, Kediri– Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi masyarakat (ormas) terbesar di Nusantara memang selalu berkaitan dengan nama pendirinya KH Hasyim Asy’ari. Kisah perjalanan hidup ulama ini pun juga tak lepas dari sejarah pergerakan Islam di awal abad 20. Mungkin hingga saat ini belum banyak masyarakat yang tahu ternyata KH Hasyim Asy’ari pernah menikah dan tinggal di Kabupaten Kediri. Bagaimana kisah beliau?
Selama di Kabupaten Kediri, KH Hasyim Asy’ari bermukim di Dusun Kapurejo, Desa Pagu, Kecamatan Pagu. Beliau menikah dengan salah satu puteri KH Hasan Muchyi yang merupakan pendiri pondok Pesantren Kapurejo yang sekaligus menjadi veteran perang Diponegoro di Kediri.
Pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo Muhammad Hamdani B Bik membenarkan cerita tersebut, menurutnya, KH Hasyim Asyari di Kapurejo menikah dengan Nyai Masruroh puteri KH Hasan Muchyi. “Kalau tahunnya berapa saya kurang faham, kalau menurut cerita dari keluarga disini itu sebelum tahun 1920,” jelasnya.
Alasan Pernikahan KH Hasyim Asy’ari dengan Nyai Masruroh
Laki-laki yang kerap disapa Gus Ibik itu menyebut, pernikahan keduanya terjadi lantaran saat itu, KH Hasyim Asyari berhasil menyembuhkan sakit yang diderita oleh Nyai Masruroh. Karena keberhasilan itu, akhirnya oleh KH Hasan Muchyi menikahkan keduanya.
Gus Ibik juga mengatakan, pernikahan itu terjadi lantaran KH Hasan Mukhyi memberikan sayembara yang isinya siapa saja yang bisa menyembuhkan puterinya, maka jika dia laki-laki akan dinikahkan dengan putrinya. Apabila perempuan, maka akan dijadikan keluarga.
“Sakit yang diderita Bu Nyai Masruroh ini berdasarkan cerita yang saya dapat adalah karena Majdzub atau Jadzab (berperilaku tidak wajar). Untuk penyembuhannya waktu itu oleh beliau KH Hasyim sang kakak kiai dibawakan sebotol air putih untuk diminumkan dan ternyata sembuh seketika itu,” jelasnya.
Baca juga : Ngalap Berkah Ramadan di Makam Syekh Wasil Kediri, dari Tafakur hingga Hafalan Al Quran
Gus Ibik juga menceritakan bagaimana awal mula KH Hasyim memberikan sebotol air putih sebagai obat dari sakit yang diderita Nyai Masruroh. Hal itu diawalidari KH Khusairi yang memberanikan diri meminta tolong kepada KH Hasyim Asy’ari lantaran prihatin dengan kondisi saudaranya. Dari keluhan itu, KH Khusairi diberikan satu botol penuh air putih untuk Nyai Masruroh, dan diantarkanlah botol tersebut untuk diminumkan.
“Jadi Pak Puh Khusairi itu kan nyantri di Tebuireng, dan suatu ketika waktu beliau disuruh memijat KH Hasyim, beliau memberanikan diri bercerita kondisi saudaranya, langsung dibawakan minuman,” ujar Gus Ibik.
Baca Juga : Menilik Pesantren Lansia di Kencong, Rumah Para Pencari Hakikat
KH Hasyim Asy’ari Dikunjungi Tokoh Bangsa
Setelah menikah, KH Hasyim Asyari bermukim di Kapurejo, adapun rumah yang ditempati berada di sebelah utara Masjid An-Nur atau masjid pondok pesantren. Di sana KH Hasyim menetap selama kurang lebih dua tahun. Namun meskipun demikian salah satu penggagas NU tersebut sering kali pulang pergi ke Tebu Ireng.
“Selama di sini, menurut keterangan dari keluarga, banyak tokoh bangsa seperti Pak Karno sampai Tan Malaka berkunjung ke sini (Kapurejo), katanya kalau sudah datang begitu ngobrol dari malam bisa sampai pagi,” terangnya.
Lebih lanjut, Gus Ibik mengatakan, sebelum menikah dengan KH Hasyim Asyari, Nyai Masruroh sempat dinikahi oleh KH Ikhsan dari Pondok Pesantren Jampes, karena tak kunjung punya momongan, akhirnya keduanya berpisah. Selang beberapa tahun, Nyai Masruroh menikah dengan Sayyid Shodaqoh dari kerajaan Arab Saudi dan memiliki satu anak. Dan terakhir beliau menikah dengan KH Hasyim Asyari.
Untuk diketahui, Nyai Masruroh merupakan istri keempat dari hasil perkawinan keempatnya ini, Kiai Hasyim memiliki empat orang anak, Abdul Qadir, Fatimah, Khadijah dan Muhammad Ya’qub. Perkawinan dengan Nyai Masruroh ini merupakan perkawinan terakhir bagi Kiai Hasyim Asyari hingga akhir hayatnya.
Baca juga : Rawat Tradisi Masjid Tertua di Kota Batu, Sediakan 500 Porsi Perhari untuk Berbuka Puasa