Metaranews.co, Kediri – Letusan dahsyat Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur sempat menenggelamkan peradaban masa lampau. Sisa-sisa peradaban di zaman kerajaan tertimbun material vulkanik yang dikeluarkan dari perut si gunung yang letusannya sempat membuat gelap Pulau Jawa pada 2014 itu.
Beberapa bukti peradaban masih bisa dijumpai di sejumlah daerah di Kediri. Dari beberapa bukti yang ada, salah satunya adalah teknologi hidrologi atau sistem pengairan kuno yang beberapa waktu ini ditemukan di Desa Keling, Kecamatan Kepung. Desa itu lokasinya terletak di kaki Gunung Kelud atau tak lebih dari 30 kilometer disebelah utara gunung api aktif tersebut.
Teknologi pengairan yang baru saja ditemukan di Desa Keling ini berupa terowongan bawah tanah. Kondisi terowongan itu hampir mirip dengan terowongan yang ada di Dusun Surowono, Desa Canggu, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri. Hanya saja terowongan yang ada di Desa Keling ini sudah tidak dialiri air alias kering. Tak adanya air di dalam terowongan ini diperkirakan karena terjadinya sedimentasi atau adanya lumpur yang masuk ke dalam terowongan.
Terowongan kuno, atau yang selama ini juga disebut Arung, merupakan sebuah Terowongan yg dibuat pada zaman kerajaan. Itu yang disampaikan pegiat sejarah Novi Bahrul Munib. Ketua Perkumpulan Pelestari Sejarah Budaya Kadhiri ini menyebut bahwa ada beberapa fungsi dari Arung. Fungsi yang paling utama adalah untuk instalasi air zaman dulu. Baik air untuk keperluan di permukiman kerajaan, atau untuk saluran menuju ke sebuah bangunan. Salah satunya adalah menuju ke bangunan petirtaan.
“Orang dulu untuk mengumpulkan air bersih adalah dengan membuat terowongan-terowongan. Mereka mencari urat-urat air yang ada di dalam tanah untuk dialirkan melalui arung yang dibuat,” terang Novi.
Untuk terowongan atau arung yang baru saja ditemukan di Desa Keling, lokasinya ada di kawasan Goa Jegles. Masih belum diketahui secara pasti panjang dari Terowongan kuno itu. Yang jelas cukup Panjang, karena hingga saat ini masih dilakukan pembersihan dari endapan sedimen yang menutup terowongan.
Memang, baru-baru ini, arung kuno di Desa Keling mulai dibersihkan dari endapan atau sedimen tanah. Sehingga untuk jarak sekitar 100 meter sudah bisa dimasuki orang. Bahkan di beberapa titik, ada percabangan arung. Yang menjadi daya tarik di sini, arung sudah tak dilalui air. Alias kering. Beda dengan Arung di Surowono, atau yang ditemukan di Desa Brumbung. “Yang jelas ini adalah peninggalan nenek Moyang yg begitu berharga sebagai pengetahuan teknologi zaman dulu. Sebuah instalasi keairan kuno yg menakjubkan,” tutup Novi.
Hal senada juga diungkapkan Arkelogog Kabupaten Kediri Eko Priyatno, menurutnya, keberadaan arung kuno atau terowongan bawah tanah di Desa Keling ini memperkuat adanya peradaban di kawasan tersebut. “Ini jadi bukti sejarah bahwa di kawasan ini dahulu memang benar-benar menjadi lokasi penting,” jelas Eko.
Menurutnya, sebuah kawasan penting saat itu, tentu saja didukung dengan infrastruktur dan fasilitas yang memadai. Salah satunya adalah terowongan atau arung sebagai sarana instalasi keairan di zaman kerajaan. (dd/bersambung)