Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, angkat bicara mengenai polemik internal yang tengah melanda PBNU.
Dalam pertemuan silaturahmi di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, ia menyampaikan pandangan tegas terkait konsesi tambang yang diberikan pemerintah untuk dikelola PBNU.
Kiai Said yang memimpin PBNU selama dua periode (2010–2021) mengusulkan agar konsesi tersebut dikembalikan kepada negara.
Menurutnya, dinamika yang berkembang menunjukkan bahwa keberadaan konsesi tambang kini lebih banyak menimbulkan kegaduhan ketimbang manfaat.
Tak Sejalan dengan Kepentingan Organisasi
Kiai Said menjelaskan, pada awalnya konsesi tambang dipandang sebagai bentuk kepercayaan pemerintah atas kontribusi NU.
Jika dikelola dengan tata kelola yang baik, maka peluang tersebut dinilai bisa memperkuat kemandirian ekonomi jam’iyah.
Namun belakangan, ia melihat bahwa konflik internal dan polemik publik justru semakin mengemuka.
“Konflik yang timbul di internal dan munculnya berbagai polemik di ruang publik telah menimbulkan kegaduhan yang tidak sehat bagi NU,” ujarnya, Sabtu (6/12/2025).
Ia menilai manfaat konsesi yang ada saat ini tidak lagi sebanding dengan potensi kerugian terhadap organisasi.
Jaga Keluhuran Misi Jam’iyah
Kiai Said menegaskan bahwa NU memiliki mandat besar dalam urusan keagamaan dan sosial. Karena itu, ia mengingatkan agar organisasi tidak terseret dalam sektor yang rawan konflik kepentingan maupun politisasi.
Ia menyebut bahwa penghentian polemik tambang penting dilakukan demi menjaga keutuhan organisasi, menghindari persepsi negatif publik, dan memastikan NU tetap fokus pada pelayanan umat.
“NU ini milik seluruh umat. Jangan sampai urusan usaha dan bisnis justru mencederai kehormatan dan tujuan berdirinya NU,” tegasnya.
Fokus Penguatan Pendidikan
Lebih jauh, Kiai Said menilai bahwa kemajuan NU tidak terletak pada sektor pertambangan. Ia mendorong agar program kemandirian ekonomi umat tetap berakar pada penguatan pesantren, pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat kecil.
“Keberkahan NU datang dari ilmu dan ketulusan para ulama. NU tetap bisa berjaya walaupun tanpa mengelola tambang,” pungkasnya.
Pertemuan silaturahmi di Tebuireng Jombang turut dihadiri sejumlah ulama dan tokoh penting.
Di antaranya KH Anwar Manshur (Pengasuh Ponpes Lirboyo), KH Said Aqil Siroj, Muhammad Nuh (Rais Syuriyah PBNU periode 2022–2027), serta KH Nurul Huda Djazuli (Pengasuh Ponpes Al-Falah Ploso, Kediri).






