Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Para petani tomat di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berharap tidak merugi di tengah merosotnya harga tomat di pasaran.
Agar tak merugi, sebagian petani di Kabupaten Kediri memilih tetap memanen tanamanya dengan harapan minimal balik modal, tapi sebagian petani lainnya terpaksa menelantarkan tanaman tomat siap panen karena tak mampu menyewa buruh petik.
Harga tomat di tingkat petani saat ini memang merosot tajam, hanya sekitar Rp 2000 per kilogram. Harga itu jauh di bawah standar rata-rata yang mencapai Rp 3.000 per kilogram.
“Rp 2.000 per kilogram murah sekali, rugi. Ya tetap dipanen, modalnya sudah banyak,” ujar salah satu petani tomat di Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Sri May Saroh, Senin (30/10/2023).
Sri mengaku tetap memanen tanaman tomat miliknya dengan harapan minimal balik modal.
Menurut Sri, untuk menanam tomat di lahan seluas 2.800 meter persegi, dirinya telah mengelurkan modal cukup besar. Untuk pengadaan bibit tomat saja, Sri harus merogoh kocek sekitar Rp 1.650.000.
Biaya itu belum termasuk pupuk, pengobatan, dan pengairan tambahan di tengah musim kemarau yang berkepanjangan, di mana Sri harus membeli air diesel seharga Rp 40.000 per jam.
“Selama ini sudah panen sebanyak tiga kali, dapat hasil Rp450.000, Rp650.000, Rp750.000. Itu belum membalikkan modal,” akunya.
Sementara itu, petani tomat lainnya, Suwito, mengaku terpaksa menelantarkan tanaman tomat miliknya karena tak mampu menyewa buruh petik hasil panen.
“Karena tidak cocok untuk biaya memetik menyewa buruh dibandingkan penjualan hasil tomat. Jadi ya dibiarkan saja dari pada rugi,” pungkasnya.