Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sejak Kamis (20/11/2025) malam hingga Jumat (21/11/2025) siang kembali memicu banjir di kawasan utara Brantas.
Sedikitnya 14 desa di empat kecamatan terendam air, mulai dari Kabuh, Plandaan, Ploso hingga Kudu.
Kabuh, Lokasi Banjir Paling Awal
Tiga desa pertama yang terdampak banjir adalah Desa Munungkerep, Pengampon, dan Kedungjati. Di Munungkerep, banjir mulai datang sekitar pukul 17.50 WIB akibat luapan sungai di Dusun Slumbung.
“Cukup tinggi dan deras banjirnya, tapi sekitar pukul 20.00 WIB sudah surut semuanya,” ujar Heru, warga Slumbung.
Di jam yang sama, banjir juga merendam puluhan rumah di Dusun Suco dan Dusun Kambingan, Desa Pengampon. Lebih dari 50 rumah terdampak dan warga sempat panik.
Makin malam tadi makin tinggi, banyak rumah yang terdampak juga,” tutur Suwandi, Sekretaris Desa Pengampon.
Menurutnya, banjir berasal dari aliran air hutan yang meluber ke dua dusun tersebut, dan surut sekitar pukul 20.00 WIB.
Desa Kedungjati mengalami banjir lebih besar. Dusun Jatisari dan Jatidrenges terendam sejak pukul 22.30 WIB akibat luapan Kali Kabuh.
“Yang paling parah sekitar pukul 00.00 WIB banjir sempat menggenangi jalan provinsi Ploso–Babat hingga lebih dari 30 sentimeter. Sekitar jam 01.00 WIB baru surut,” ungkap Soni Harsono, warga Jatisari.
Genangan Meluas ke Plandaan dan Ploso
Banjir juga terpantau di Kecamatan Plandaan, tepatnya di Desa Klitih, Tondowulan, dan Darurejo. Air setinggi 30 sentimeter merendam permukiman warga.
“Air sempat menggenang, namun Jumat dini hari sudah habis, karena memang ada sumbatan di sungai,” jelas Teguh, warga Tondowulan.
Sementara di Kecamatan Ploso, banjir datang pada Jumat dini hari akibat aliran sungai yang menginduk ke Kali Marmoyo.
Di Desa Pandanblole, Dusun Blole Barat menjadi wilayah paling terdampak.
“Mulai pukul 24.00 WIB air datang karena sungai besar dan ada tanggul jebol yang belum tertangani,” jelas Suwaji, Kepala Desa Pandanblole.
Banjir juga dipicu sumbatan sampah di jembatan, membuat air meluber ke permukiman, jalan hingga balai desa.
Desa Kedungdowo dan Pagertanjung juga terdampak luapan Kali Marmoyo.
“Di desa kami, yang kena satu dusun saja, yaitu Dusun Pagerongkal,” terang Kades Pagertanjung Bambang Pitono.
Bahkan di Pagertanjung, banjir terjadi dua kali dalam sepekan. Setelah sempat surut pada Kamis, luapan Kali Marmoyo kembali merendam wilayah pada Jumat pagi.
Jatigedong Banjir Tiga Hari
Dua desa lain yang masih terendam hingga Jumat siang adalah Desa Jatigedong dan Gedongombo. Banjir di Jatigedong sudah memasuki hari ketiga, dengan ketinggian yang kembali naik.
“Rabu itu tinggi, Kamis sudah mulai surut, Jumat pagi tadi naik lagi dan lebih tinggi dari hari Rabu,” ungkap Dodik (45), warga Dusun Gotan.
Nyaris semua dusun di Jatigedong terendam, yakni Jatirowo, Lengkong, Gotan hingga Gedang.
“Yang terparah memang Gotan sama Gedang, airnya sampai 60 sentimeter, dan hampir semua rumah kemasukan air,” tambahnya.
Banjir di Jatigedong juga mengganggu aktivitas warga. Tiga sekolah terpaksa diliburkan dan masjid setempat ikut tergenang.
Kudu Ikut Terdampak
Di Kecamatan Kudu, banjir menggenangi Desa Sidokaton dan Bakalanrayung.
“Ketinggian maksimal sekitar 30 cm,” terang Supervisor Pusdalops BPBD Jombang, Stevy Maria, mewakili Kalaksa Wiku Birawa Felipe Dias Quintas.
BPBD memastikan hujan deras sejak Rabu sore menjadi pemicu utama. Pemantauan dan pemetaan wilayah terdampak masih terus dilakukan.
“Permintaan dapur umum belum ada, namun kemarin logistik makanan siap saji sudah kami kirim ke Desa Jatigedong sebagai antisipasi,” pungkasnya.






