Metaranews.co, Kota Blitar – Samsiyah (52), ibu rumah tangga asal RT 4, RW 8, Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur, sukses mengolah buah pepaya muda menjadi jajanan keripik.
Produk olahan keripik pepaya milik ibu tiga anak itu kini laris di pasaran. Dalam sehari, Samsiyah bisa memproduksi sekitar 20 kilogram keripik pepaya.
Pengamatan METARA, siang itu, Sabtu (3/2/2024), sejumlah perempuan terlihat sedang sibuk memproduksi keripik pepaya di dapur milik Samsiyah.
Sebagian orang sedang mengupas dan merajang pepaya muda. Pepaya yang sudah dalam bentuk rajangan kecil-kecil itu kemudian dicuci.
Rajangan pepaya yang sudah dicuci bersih itu kemudian direbus sekitar lima menit. Saat proses perebusan, biasanya dicampur sedikit gamping (kapur) untuk menghilangkan getah pepaya.
“Usai direbus, rajangan pepaya dijemur di tempat terbuka hingga kering. Proses penjemuran tergantung cuaca. Kalau cuaca panas, dalam sehari sudah kering, sudah jadi krecek,” tuturnya.
Rajangan pepaya yang sudah kering itu direbus kembali. Selanjutnya, rajangan pepaya digoreng menjadi keripik.
Keripik pepaya produksi Samsiyah sekilas mirip kripik usus. Tapi rasa keripik pepaya justru mirip rasa keripik jamur. Selain renyah, rasa keripik pepaya juga gurih.
“Sebelum digoreng, kami beri bumbu dan tepung dulu. Pepaya kami timbang agar takaran bumbunya pas,” ujarnya.
Samsiyah mulai memproduksi keripik pepaya sekitar dua tahun ini. Awalnya, ia bersama para ibu rumah tangga di lingkungannya mengikuti pelatihan pembuatan keripik pepaya dari program RT Keren.
RT Keren merupakan program bantuan dana Rp 50 juta per tahun per RT dari Pemkot Blitar. Dana RT Keren itu digunakan untuk pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat.
“Kebetulan RT kami mendapat pelatihan pembuatan keripik pepaya. Dari pelatihan itu, saya melanjutkan produksi keripik pepaya sampai sekarang,” beber perempuan yang juga pernah membuka usaha produksi dodol dan mi pangsit itu.
Produksi keripik pepaya milik Samsiyah awalnya hanya sedikit. Pemasarannya juga masih terbatas kepada teman, tempat wisata, dan beberapa perkantoran.
Semakin lama, usaha keripik pepaya milik Samsiyah berkembang. Pesanan keripik pepaya semakin banyak, tidak hanya dalam kota, tapi juga ke luar Kota Blitar.
Samsiyah pernah melayani pesanan keripik pepaya dari luar kota mulai Banyuwangi, Jember, Jakarta, Bekasi, Lumajang, hingga Cirebon.
“Saya juga pernah dua kali kirim pesanan keripik pepaya ke Hongkong,” sebutnya.
Sekarang, produksi keripik milik Samsiyah tidak hanya keripik pepaya. Ia juga mengembangkan produksi keripik nangka, keripik pare, keripik salak, dan rambak pisang. Tapi produksi utamanya tetap keripik pepaya.
Samsiyah juga memberdayakan para ibu rumah tangga di lingkungannya untuk memproduksi jajanan keripik pepaya.
Ketika pesanan ramai, Samsiyah kadang dibantu oleh 10 sampai 15 orang untuk memproduksi keripik pepaya.
Tak hanya itu, para tetangga yang masih memiliki lahan sisa juga bisa menanam pohon pepaya.
Samsiyah akan membeli buah pepaya dari para tetangga untuk bahan memproduksi keripik. Dengan begitu, pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar tempat tinggal Samsiyah ikut bergerak dengan produksi keripik pepaya.