Saat Pemerintah Mulai Mendengar Suara Tanah
Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Setelah arca demi arca muncul dari dalam tanah, dan warga Dusun Tondowongso bersikukuh menjaga warisan budaya itu agar tak dibawa terlalu jauh, kini giliran pemerintah yang angkat suara.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri kala itu menyatakan siap turun tangan langsung – dengan rencana pembebasan lahan tempat penemuan situs purbakala di Desa Gayam, Kecamatan Gurah.
Kamis, 15 Maret 2007, Kabag Humas Pemkab Kediri, Sigit Rahardjo, menyampaikan bahwa Pemkab Kediri akan segera membebaskan lahan seluas satu hektare di lokasi penemuan, tepatnya di lahan milik Kiran, warga Desa Adan-Adan, Gurah.
“Secepatnya kami akan membebaskan lahan itu karena di sana telah ditemukan banyak Benda Cagar Budaya (BCB),” ujar Sigit usai mendampingi Bupati Kediri, Sutrisno, dalam pertemuan dengan pejabat BP3 Trowulan di Kediri.
Langkah ini dianggap sebagai bentuk dukungan nyata pemerintah terhadap pelestarian warisan sejarah yang selama ini tersembunyi di perut bumi Kediri.
Situs Tondowongso, yang sebelumnya hanya diketahui oleh segelintir warga, kini mulai diakui sebagai bagian penting dari jejak peradaban masa lalu.
Namun sebelum lahan resmi dibebaskan, pemerintah akan terlebih dahulu menertibkan pedagang kaki lima yang mulai bermunculan di sekitar lokasi, sejak penemuan arkeologis ini mencuat ke publik.
Warga yang penasaran berdatangan, dan diikuti oleh lapak-lapak dadakan yang menjual makanan, minuman, hingga suvenir lokal.
“Penertiban ini penting agar tim peneliti dari BP3 Trowulan bisa bekerja lebih leluasa. Penelitian masih terus berlangsung, dan mereka butuh ruang,” tambah Sigit.
Langkah ini menunjukkan bahwa Situs Tondowongso kini bukan lagi sekadar urusan warga dan arkeolog.
Ia telah menjadi bagian dari agenda pemerintah, yang melihat potensi besar, antara pelestarian budaya, pengembangan pariwisata sejarah, dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Bagi warga, ini bisa jadi titik awal dari perubahan besar. Sebuah desa yang sebelumnya hanya dikenal sebagai kawasan ladang dan urugan, kini punya peluang menjadi lokasi wisata sejarah dengan nilai edukasi tinggi – tentu jika semua pihak bekerja bersama, menjaga, dan tidak tergesa mengkomersialisasi warisan yang baru saja “dibangunkan” dari tidur panjangnya.