Jejak yang Terkubur: Misteri Peradaban Tondowongso (6)

Situs Tondowongso
Caption: Struktur hasil ekskavasi Situs Tondowongso pada tahun 2007 silam. Doc: Imam Mubarok

Ketika Situs Tondowongso Harus Menunggu

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Tanah Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, bergemuruh dalam diam.

Bacaan Lainnya

Bukan karena gempa, melainkan oleh temuan demi temuan benda cagar budaya yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri.

Namun kini, setelah riuhnya penemuan arca, gapura, sumber air, dan sudut-sudut candi Tondowongso kembali diam – menunggu.

Selasa, 19 Juni 2007, kabar yang tak diharapkan datang dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, sekarang bernama Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI.

Proses penggalian dan penelitian lanjutan Situs Tondowongso dipastikan akan tertunda setidaknya selama satu tahun ke depan.

“Yang jelas kami belum bisa melanjutkan penggalian. Karena tidak ada dana,” ujar Danang, arkeolog BP3 yang menangani langsung situs tersebut.

“Situs Tondowongso ini temuan baru. Anggaran kami di tahun 2007 sudah habis, dan alokasi tambahan baru mungkin bisa cair tahun depan,” lanjutnya.

Meski penggalian terhenti, BP3 tetap melakukan pengawasan terbatas. Namun sejauh ini, belum ada penunjukan resmi Juru Pelihara (Jupel) yang bertugas menjaga situs. Pengawasan hanya dilakukan secara bergilir oleh tim internal.

Danang tak menampik bahwa untuk mengungkap keseluruhan isi situs, diperlukan dana yang tidak sedikit.

“Kalau dibilang besar ya memang besar. Tapi kalau hanya sedikit ya akan kita sesuaikan. Tapi tetap saja, sekarang kami masih menunggu,” katanya.

Sementara itu dari pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri, niat baik masih tetap terjaga.

Sigit Rahardjo, Kepala Bagian Humas Pemkab Kediri saat itu menyebut Tondowongso tetap menjadi salah satu prioritas pembangunan wisata sejarah daerah. Namun, realisasi anggaran baru bisa dilakukan di tahun 2008.

“Memang belum bisa kami tuntaskan di tahun 2007 karena keterbatasan dana. Tapi tahun depan akan kami anggarkan. Ini jadi target andalan kami ke depan,” jelas Sigit.

Sejumlah langkah awal sudah dilakukan. Pemkab Kediri telah melakukan survei lokasi, menghitung kebutuhan lahan, dan menjalin komunikasi dengan pihak BP3 Trowulan.

Mereka juga mulai merancang penataan pedagang kaki lima (PKL) yang belakangan tumbuh pesat di sekitar lokasi.

“Kalau tidak ditata sekarang, tahun depan bisa jadi kendala,” tambah Sigit.

Namun jalan tidak selalu mulus. Salah satu hambatan datang dari pembebasan lahan yang kini menjadi lokasi situs.

Menurut Sigit, setelah Tondowongso ramai dikunjungi wisatawan, harga tanah ikut melonjak. Warga yang sebelumnya tak menyangka tanahnya menyimpan sejarah besar, kini sadar akan nilai ekonominya.

“Warga tahu tempat itu jadi ramai. Harga tanah mereka naik. Tapi kami harap warga juga bisa memahami keterbatasan anggaran pemerintah,” ucapnya.

Tondowongso kini berada di antara dua masa, masa lalu yang megah, dan masa depan yang belum pasti.

Situs ini telah berbicara – lewat arca, gapura, dan air yang mengalir dari kedalaman sejarah. Tapi sekarang, ia harus menunggu satu tahun lagi, atau entah sampai kapan.

Pertanyaannya kini bukan hanya, “apa yang ada di bawah tanah Tondowongso?” Tapi juga “apa kita siap mendengarkan dan menjaga kisahnya?”

Pos terkait