Keren! Pengusaha Kediri Ini Kembangkan Peternakan dan Pertanian Terintegrasi dan Berkelanjutan

Kediri
Caption: Deny Widyanarko saat memberi pakan kambing boer di laboratorium mini miliknya di Desa Brenggolo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Senin (7/4/2025). Doc: Darman/Meteranews.co

Meteranews.co, Kabupaten Kediri – Seorang warga asal Desa Brenggolo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Deny Widyanarko, mencoba mengembangkan laboratorium mini berbasis peternakan, pertanian terintegrasi dan berkelanjutan di lahan miliknya.

Laboratorium ini merupakan bentuk kepedulian Deny terhadap sektor pertanian dan peternakan lokal, sekaligus untuk mendukung ketahanan pangan masyarakat.

Bacaan Lainnya

Dari laboratorium yang berdiri di atas lahan satu hektar ini, diharapkan masyarakat bisa mengambil ilmunya dengan belajar langsung serta pengamatan di lokasi. Masyarakat bisa mengembangkan di tempatnya masing-masing dengan sekala rumah tangga.

“Di sela-sela kesibukan kerja saya, di rumah ada sedikit lahan yang akan saya gunakan semacam laboratorium, baik itu terkait dengan pertanian, maupun peternakan dengan konsep teritegrasi, yang ada di sini merupakan percontohan bagaimana cara melakukan perawatan maupun budidayanya,” kata Deny saat ditemui di lokasi budidaya, Senin (7/4/2025).

Di laboratorium tersebut ada program breeding kambing boer atau kambing pedaging yang berasal dari Afrika.

Deny mengatakan, kambing boer mempunyai keunggulan dengan memiliki berat badan yang lebih dibanding kambing yang diternakan oleh peternak lokal selama ini. Kambing ini memilik berat badan hingga mencapai 100 kilogram per ekor.

Menurut Deny, kambing boer memiliki potensi besar dalam meningkatkan kualitas genetik kambing lokal. Deny yang juga seorang pengusaha rokok ini menginginkan ada peningkatan kualitas peternak kambing lokal, khususnya kualitas daging kambing.

Keunggulan kambing boer memiliki berat badan yang besar dibanding kambing lokal.

Dengan usia yang sama, misalkan berusia lima bulan kambing boer sudah memiliki berat badan 25 kilogram, sedangkan kambing lokal hanya memiliki berat antara 12 kilogram hingga 15 kilogram.

Kambing-kambing tersebut nantinya akan didistribusikan ke para mitra di kabupaten Kediri, atau nanti pejantanya bisa dipinjamkan untuk dikawinsilangkan dengan kambing lokal, tidak untuk diperjualbelikan.

“Kami breeding jenis kambing boer, kambing pedaging dari Australia yang aslinya kambing dari Afrika. Berbagai macam jenis kambing kami breeding di laboratorium ini, masih jalur asli, warnanya masih original,” katanya

“Harapannya dengan adanya persilangan antara kambing boor ini dengan kambing lokal, ini bisa memperbaiki genetika kambing-kambing peternak, sehingga kualitas ternak bisa meningkat, harapannya kesejahteraan peternak meningkat,” terang Deny.

Terkait perawatan, Deny menilai kambing boor lebih mudah dalam perawatan karena memiliki sifatnya yang rakus dan bisa memakan berbagai jenis pakan.

Saat ini juga tersedia voer untuk meningkatkan kandungan protein, yang turut mendukung kemajuan peternak lokal.

“Justru kalau menurut saya, kambing boor ini lebih mudah. Karena apa? Dia makannya itu termasuk rakus, semua dimakan. Jadi akan memudahkan peternak kita untuk memberi pakan,” imbuhnya.

Saat ini, Deny memiliki dua ekor pejantan dan empat ekor betina, sekarang sudah berkembang menjadi 11 ekor.

Selain kambing, di laboratorium milik Deny juga menerapkan sistem peternakan ayam terpadu dengan aquaponik. Ayam petelur, ikan lele atau nila, dan sayur-mayur dibudidayakan secara terintegrasi.

Dengan sistem ini ikan mendapat makanan dari maggot yang dihasilkan dari kotoran ayam. Petani tidak perlu memupuk tanaman, karena kotoran ikan yang dialirkan ke media tanaman akan menjadi pupuk alami.

“Di tempat kita, ternak ayam kita kombinasikan dengan aquaponik, ada ikan, ada sayuran, harapannya kalau mungkin masyarakat punya lahan kosong ini bisa dijadikan bentuk alternatif untuk memenuhi gizi keluarga,” ujarnya.

Gagasan tersebut, menurut Deny, berasal dari pengamatannya terhadap pola peternakan di desa-desa yang semakin modern, namun belum terintegrasi.

Hal tersebut penting, sebab integrasi antara sektor peternakan, pertanian, dan juga UMKM akan tercipta sinergi yang saling mendukung.

“Saya sendiri orang desa, saya amati untuk bersaing adalah dengan meningkatkan kualitas genetikanya, kita harus mendatangkan kambing-kambing unggulan. Sebenarnya semua konsep yang ada sekarang ini sudah bagus. Cuma belum terintegrasi, dengan terintegrasi harapnya bisa meningkatkan kesejahteraan petani atau peternak sendiri,” pungkas Deny.

Pos terkait