Metaranews.co, Kota Kediri – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyebut melambungnya harga beras di wilayahnya dikarenakan naiknya harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani dan Gabah Kering Ģiling (GKG) di penggilingan.
Hal itu, disebut Khofifah, yang menjadi penyebab melambungnya harga beras yang kini harganya melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 10.900 per kilogram.
Menurut Khofifah HET GKP di tingkat petani yang ditentukan oleh pemerintah yakni Rp 5.000 per kilogram, sedangkan HET GKG di penggilingan Rp 6.200 per kilogram.
Namun kenyataannya HET GKP dan GKG di atas HET yang ditentukan pemerintah.
“Maka nilai produknya (beras) juga berada di atas HET,” kata Khofifah saat mengunjungi pasar murah di halaman UPT Pengelolaan Pendapatan Daerah Jatim, Jalan Jaksa Agung Kota Kediri, Jumat (22/9/2023).
Khofifah mengatakan, melambungnya harga beras hampir merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Timur.
Padahal, kata dia, Jawa Timur mengalami surplus produksi beras mencapai 9,23 persen year on year periode bulan September 2022-September 2023.
Menurut Khofifah, seharusnya pasokan beras yang ada saat ini sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat di Jawa Timur.
“Kota Kediri cukup sampai dengan lebaran tahun depan, Kabupaten Madiun juga menyampaikan aman sampai tahun depan,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu warga Kota Kediri, Patin, mengaku beras di pasaran saat ini berada dibanderol dengan harga Rp 14.500 per kilogram.
Oleh karenanya, ia rela mengantre panjang di pasar murah yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Timur di halaman UPT Pengelolaan Pendapatan Daerah Jatim, Jalan Jaksa Agung Kota Kediri.
“Saya rela antre mendapatkan beras murah,” tutur Patin.