Kiai dan Bu Nyai di Jombang ‘Bertarung’ di Pilkada 2024, Gus Fahmi Ingatkan Hal Ini

Jombang
Caption: Ketua PCNU Kabupaten Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadzik, saat dimintai keterangan di kediamannya, Selasa (10/9/2024). Doc: Karimatul Maslahah/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadzik, menyebut kiai maupun bu nyai yang mengikuti kontestasi Pilbup Jombang memikirkan kepentingan yang sama, yaitu kekuasaan.

Pria yang kerap disapa Gus Fahmi itu menjelaskan, bila sesorang terlibat politik praktis, maka identitas kiai maupun bu nyai-nya hilang.

Bacaan Lainnya

“Karena ketika sudah masuk ranah politik, maka sudah hilang bu nyai dan kiai-nya, semua akan menjadi politisi. Menurut saya ujung-ujungnya sama saja, kekuasaan,” ujar Gus Fahmi yang juga tercatat sebagai pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng, Selasa (10/9/2024).

Untuk diketahui, terdapat dua pasangan Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) Jombang yang telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jombang.

Kedua paslon tersebut yaitu Mundjidah Wahab – Sumrambah (MuRah), dan pasangan Warsubi – Salmanudin Yazid (WarSa).

Dari kedua paslon tersebut masing-masing terdapat figur kiai dan bu nyai, di antaranya Mundjidah Wahab dan Salmanudin Yazid.

Mundjidah Wahab merupakan anak kelima dari salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, yaitu KH Abdul Wahab Hasbullah. Ia juga merupakan salah satu pengasuh pondok pesantren di Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang.

Sementara Salmanudin Yazid merupakan mantan Ketua PCNU Kabupaten Jombang periode 2017-2022. Ia juga menjadi pengasuh Ponpes Babussaalam Kalibening, Mojoagung, Jombang.

Untuk itu, Gus Fahmi memberi pesan agar istilah pertarungan di Pilbup Jombang antara kiai dan bu nyai sebaiknya dihindari.

“Ini kebetulan saja, bahwa calonnya itu ada bu nyai dan kiai. Saya pikir ini lebih baik dihindari istilah pertarungan kiai dan bu nyai,” seru Gus Fahmi.

Pos terkait