Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Di tengah kian memudarnya kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, sosok seperti Rudianto (38) atau yang akrab disapa Mbah Leses, muncul sebagai oasis.
Ia adalah seorang pembudidaya pohon purba Leses atau Ficus Albapila, yang memilih mendedikasikan hidupnya untuk alam, jauh dari motif ekonomi.
Pohon Leses sendiri kini menjadi salah satu jenis pohon langka di Indonesia.
Sementara justru banyak pemerhati alam yang melirik pohon dari luar negeri, menggeser keberadaan tanaman lokal asli tanah Jawa seperti Leses.
Mbah Leses, warga Kabupaten Kediri, menjadi salah satu individu yang mendedikasikan diri untuk melestarikan pohon purba ini.
Hebatnya, ia berhasil menemukan metode pembibitan pohon Leses melalui benih, suatu hal yang sebelumnya dianggap mustahil.
“Ya karena berangkat dari hobi sejak kecil sebenarnya. Saya merasa tertantang begitu mendengar bahwa pohon Leses tak bisa tumbuh dari benih,” katanya, Rabu (18/6/2025).
Berkat dedikasinya, Rudianto lantas dijuluki “Mbah Leses” oleh masyarakat setempat.
Ia pun mendirikan sebuah gubuk kecil bernama “Mbah Leses Omah Bibit”, sebagai pusat penangkaran bibit pohon Leses.
Di gubuk tersebut, tak hanya bibit Leses yang dilestarikan, tapi juga beragam tanaman langka asli Jawa lainnya seperti Klumprit, Pala Pante, Pala Hutan, dan Joho, juga turut dibudidayakan.
Prioritaskan Konservasi
Meski memiliki potensi ekonomi tinggi dari jual beli bibit pohon Leses, Mbah Leses mengaku fokus pada konservasi.
“Saya cuma fokus ke konservasi alam saja, selain itu tidak memikirkan, yang pasti mengabdikan diri ke alam,” terang Mbah Leses.
Dalam kondisi ekonomi yang sederhana, Mbah Leses tak pernah mematok tarif untuk setiap bibit yang disumbangkan.
Bahkan, ia bisa menyumbangkan ratusan bibit dalam setiap kegiatan penghijauan.
“Minimal sih rata-rata di angka ratusan, tapi yang paling sering itu sekitar lima ratusan bibit,” ungkapnya.
Bibit-bibit hasil budidaya Mbah Leses telah menjamah hampir seluruh pelosok Indonesia, mulai dari Nusa Tenggara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan banyak daerah lainnya.
Tak berlebihan bila dikatakan bahwa upaya penghijauan di Kediri, bahkan Indonesia pada umumnya, tak lepas dari peran Mbah Leses.
Di Kabupaten Kediri sendiri keberadaan Mbah Leses dan dedikasinya terhadap alam sering dikaitkan dengan terjaganya kelestarian sumber mata air seperti Sumber Wungu, Sumber Untung, Sumber Bendo, Sumber Celeng.
Selain itu juga kawasan Cagar Alam Besowo, Simpenan, seputaran Kelud, Ngancar, dan Kepung. Alam menjadi saksi bisu pengabdiannya.
Dalam waktu dekat, Mbah Leses juga telah mengagendakan kegiatan penghijauan di beberapa titik di wilayah Kediri dan sekitarnya, termasuk kawasan Gunung Kelud, Tulungagung, hingga Trenggalek.
Kepada METARA, Mbah Leses juga menitipkan pesan kepada pemerintah agar lebih peduli terhadap tanaman asli Jawa.
“Jangan kalau ada tanaman masuk, dari luar masuk ke dalam, yang dalam langsung di tinggalkan, terutama diperhatikan dan dirangkul para penggiatnya,” ujar Mbah Leses.
Sementara kepada para pegiat alam lintas generasi dan sektoral, ia berpesan untuk belajar mendalami, memahami, dan konsisten dalam bidang konservasi.
“Saya memberi ruang kebebasan untuk bertanya kepada saya untuk semua kalangan yang ingin lebih mendalami konservasi,” tutup Mbah Leses.