Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Deny Widyanarko, seorang inovator dari Desa Brenggolo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengembangkan sebuah laboratorium mini seluas satu hektar yang menerapkan konsep integrasi peternakan dan pertanian berkelanjutan.
Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi, kualitas hasil, dan memberikan model pembelajaran bagi masyarakat setempat.
Laboratorium ini dirancang sebagai pusat studi lapangan, di mana masyarakat dapat secara langsung mengamati dan mempelajari praktik terbaik dalam pengelolaan peternakan dan pertanian terpadu.
Deny berharap, pengetahuan yang diperoleh dapat diimplementasikan oleh masyarakat dalam skala rumah tangga, berkontribusi pada kemandirian pangan.
“Di sela-sela kesibukan kerja saya, di rumah ada sedikit lahan yang akan saya gunakan semacam laboratorium, baik itu terkait dengan pertanian maupun peternakan dengan konsep teritegrasi, yang ada di sini merupakan percontohan bagaimana cara melakukan perawatan maupun budidayanya,” kata Deny saat ditemui di lokasi budidaya, Senin (7/4/2025).
Fokus utama dalam peternakan yang digarap Deny adalah program breeding kambing boer, ras kambing pedaging unggul yang berasal dari Afrika, dan dikenal dengan pertumbuhan bobot badan yang pesat.
Kambing boer dapat mencapai bobot hingga 100 kilogram per ekor, jauh lebih besar dibandingkan rata-rata kambing lokal.
Deny, yang juga berprofesi sebagai pengusaha rokok ini, memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas genetik kambing lokal melalui program perkawinan silang.
Keunggulan kambing boer sangat signifikan dalam hal bobot badan. Pada usia lima bulan, kambing boer dapat mencapai 25 kilogram, sementara kambing lokal hanya berkisar antara 12 hingga 15 kilogram.
Pejantan kambing boer yang ada di laboratorium milik Deny tidak diperjualbelikan, melainkan akan dipinjamkan kepada peternak lokal untuk meningkatkan kualitas bibit kambing mereka.
“Kami breeding jenis kambing boer, kambing pedaging dari Australia yang aslinya kambing dari Afrika. Berbagai macam jenis kambing kami breeding di laboratorium ini, masih jalur asli, warnanya masih original,” tuturnya.
“Harapannya, dengan adanya persilangan antara kambing boor ini dengan kambing lokal, ini bisa memperbaiki genetika kambing-kambing peternak, sehingga kualitas ternak bisa meningkat, harapannya kesejahteraan peternak meningkat,” lanjutnya.
Dalam hal perawatan, Deny menilai kambing boer lebih adaptif dan memiliki nafsu makan yang tinggi terhadap berbagai jenis pakan.
Selain pakan alami, ia juga memberikan voer dengan kandungan protein tinggi untuk memaksimalkan pertumbuhan dan kualitas daging.
Saat ini, koleksi kambing boer Deny telah berkembang menjadi 11 ekor dari bibit awal dua pejantan dan empat betina.
Tak hanya peternakan kambing, laboratorium ini juga mengintegrasikan peternakan ayam petelur dengan sistem aquaponik.
Sistem ini memanfaatkan simbiosis mutualisme antara ayam, ikan lele atau nila, dan sayuran. Kotoran ayam menjadi sumber pakan bagi maggot, yang kemudian menjadi pakan alami bagi ikan.
Air dari kolam ikan yang kaya nutrisi dialirkan ke media tanam sayuran, berfungsi sebagai pupuk organik.
“Di tempat kita, ternak ayam kita kombinasikan dengan aquaponik, ada ikan, ada sayuran, harapannya kalau mungkin masyarakat punya lahan kosong ini bisa dijadikan bentuk alternatif untuk memenuhi gizi keluarga,” jelasnya.
Deny melanjutkan, gagasannya ini muncul dari pengamatannya terhadap potensi integrasi dalam sektor peternakan dan pertanian di pedesaan.
Ia percaya bahwa dengan menggabungkan berbagai elemen secara sinergis, efisiensi produksi dan kesejahteraan petani serta peternak dapat ditingkatkan.
“Saya sendiri orang desa, saya amati untuk bersaing adalah dengan meningkatkan kualitas genetikanya, kita harus mendatangkan kambing-kambing unggulan. Sebenarnya semua konsep yang ada sekarang ini sudah bagus. Cuma belum terintegrasi, dengan terintegrasi harapnya bisa meningkatkan kesejahteraan petani atau peternak sendiri,” pungkas Deny.