Melihat Prosesi Jamasan Pusaka Bung Karno di Situs Ndalem Pojok Kediri

Pusaka Bung Karno
Caption: Sejumlah pusaka yang dijamasi di Situs Ndalem Pojok, Kabupaten Kediri, Jumat (4/8/2023). Doc: Maulida/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Dua pusaka milik presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno atau Bung Karno, yang ada di Situs Ndalem Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, dijamasi pada Jumat (4/8/2023) malam.

Dua pusaka bernama Kiai Gadakan itu sebelumnya melawati proses ritual yang panjang, hingga akhirnya dilakukan penjamasan sebagai tradisi rutin tiap bulan Suro.

Bacaan Lainnya

Ketua Harian Persada Sukarno Kediri, Kus Hartono mengatakan, butuh waktu sekitar satu Minggu untuk melangsungkan ritual jamasan tersebut.

“Pertama kita telah melakukan ritual pelepasan baju pusaka. Kemudian setelah dilepas, pusaka direndam selama tiga hari sampai satu Minggu,” tutur pria yang akrab disapa Kus itu.

Selama direndam, pusaka berwujud keris itu turut dibersihkan, yakni dicuci menggunakan air pace atau rendaman buah mengkudu, serta digosok permukaannya memakai jeruk nipis.

Lalu setelah dicuci, pusaka dibilas menggunakan air kembang setaman. Selanjutnya diolesi dengan warang.

“Warang adalah bahan untuk mengawetkan besi, harganya mahal bisa puluhan juta. Tujuannya untuk mengeluarkan pamor keris,” tukas Kus.

Tak berhenti di situ, pusaka lalu kembali dibilas menggunakan air Kepuh Pronojiwo. Kemudian dijemur dan dibaluri dengan minyak.

“Setelah diberi minyak ini baru kita lakukan penjamasan dan didoakan melalui slametan,” tandas Kus.

Kus mengatakan, sebelum menunaikan sederet ritual itu terdapat sejumlah persyaratan yang harus ia penuhi. Salah satunya berpuasa selama satu bulan.

Hal itu, ungkap Kus, sebagai wujud laku atau tirakat guna memaknai keluhuran yang ada dalam pusaka tersebut.

“Bagi kami pusaka itu adalah simbol. Simbol jati diri, kemuliaan, dan keluhuran budi bangsa Indonesia. Kalau bangsa ini sudah tidak lagi perduli dan merawat pusaka budaya bangsa, bagi kami ini tanda-tanda kurang baik, karena kita bisa kehilangan jati diri,” papar Kus.

“Untuk itu dengan jamasan pusaka Presiden Soekarno (Bung Karno) dan pusaka masyarakat lainnya ini sebenarnya sebagai pengingat bahwa bangsa Indonesia ini punya ‘pusaka’ sakti. Mari kita rawat, kita jaga, jangan sampai kehilangan,” tukasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *