Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Pohon leses (ficus albapila) – spesies asli tanah Jawa yang memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat keanekaragaman hayati tropis – kini menghadapi ancaman kepunahan.
Dijuluki “ratu para ficus” atau “pohon kehidupan”, keberadaan leses terdesak dengan masuknya tanaman jenis baru dari luar negeri.
Beruntungnya, di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ada sosok Rudianto, aktivis lingkungan berusia 38 tahun yang mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan pohon purba ini.
Dari Hobi hingga Penemuan Baru
Rudianto, warga Desa Jarak, Kecamatan Plosoklaten, telah bertahun-tahun bergelut dalam pembudidayaan pohon leses.
“Ini sudah menjadi hobi saya sejak kecil,” ucap Rudianto saat ditemui di kediamannya, Rabu (11/5/2025) kemarin.
Kecintaannya pada pohon besar – terutama beringin raksasa – memicu inisiatifnya untuk membudidayakan leses yang kian langka.
“Dulu waktu kecil suka dengan pohon raksasa (pohon beringin). Jadi lambat laun saya kok berinisiatif untuk membudidayakannya lagi,” terangnya.
Sejak pertengahan tahun 2018, Rudianto, yang akrab disapa Mbah Leses, memutuskan untuk menekuni hobinya secara otodidak.
Ia aktif belajar dan berbagi wawasan dengan sesama pegiat tanaman melalui media sosial.
“Banyak-banyak sharing lah dengan teman-teman sesama pelestari alam lewat Facebook,” ucap Mbah Leses.
Mbah Leses bahkan mendirikan gubuk kecil bernama ‘Mbah Leses Omah Bibit’, yang berisi beragam bibit tanaman, termasuk jenis-jenis yang langka atau hampir punah.
Di tempat inilah ia tak henti melakukan riset mendalam untuk mengembangkan bibit pohon yang mulai punah.
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah menemukan cara pembibitan pohon leses melalui benih, sebuah metode yang sebelumnya dianggap tidak mungkin.
“Ini termasuk eksperimen pencapaian saya yang berhasil dan sukses, untuk membuat bibit benih pohon Leses,” terangnya.
Selain leses, gubuknya juga menyimpan sekitar 10 varian bibit tanaman langka asli Jawa lainnya, seperti Klumprit, Pala Pante, Pala Hutan, dan Joho.
“Intinya kita fokus pada tanaman asli tanah Jawa, peninggalan nenek moyang yang saat ini keberadaannya sudah mulai langka,” ungkapnya.
Diakui Sesama Pembudidaya
Dedikasi dan keberhasilan Mbah Leses diakui oleh sesama pembudidaya.
Yuono Wahyu Alam – seorang pembudidaya rempah yang telah mengenal Mbah Leses selama lima tahun – tak meragukan bakat dan kecerdasannya.
Menurut Yuono, anak-anak muda yang mengaku peduli pada penghijauan dan ekosistem alam seharusnya belajar dari Mbah Leses.
“Saya akui, beliau (Mbah Leses) memang sepantasnya dijadikan contoh. Terlebih beliau tidak mengedepankan nominal, ikhlas untuk alam,” tutur Yuono, Kamis (12/6/2025).
Yuono pun berharap usaha dan kerja keras Mbah Leses mendapat perhatian dari pemerintah daerah, mengingat prestasi yang tidak banyak dikuasai oleh masyarakat umum.