Pemuda di Blitar Ini Sukses Produksi Kopi Sensasi Rasa Buah-buahan, Raup Omset Puluhan Juta Per Bulan

Kopi Sensasi Rasa Buah-buahan
Caption: Pijar Kumala Seta saat meroasting biji kopi. Doc: Bahtiar/Metaranews.co

Metataranews.co, Kota Blitar – Pijar Kumala Seta (37) sukses mengolah biji kopi murni yang menghasilkan sensasi rasa dan aroma buah-buahan.

Dalam sebulan, pria yang beralamat di Jl Pinus, Kelurahan/Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, itu bisa memproduksi sekitar 50 kilogram kopi rasa dan aroma buah-buahan, dengan omzet Rp 30 juta hingga Rp 50 juta.

Bacaan Lainnya

“Rasa (buah-buahan) itu asli dari biji kopi. Kopi murni kualitas bagus bisa menghasilkan rasa buah-buahan kalau diolah secara benar dan tepat,” kata Pijar di rumahnya, Rabu (4/7/2023).

Pagi tadi, Pijar terlihat sedang mengolah biji kopi di rumahnya. Ia menggunakan ruangan di samping rumah induk sebagai tempat mengolah kopi.

Satu unit alat roasting dan satu unit mesin giling ditaruh di dalam ruangan. Sejumlah kemasan kopi yang sudah siap dijual tertata rapi di atas rak di salah satu sudut ruangan.

Pijar terlihat membuka paketan dalam bungkus plastik warna hitam yang baru saja diantar kurir ke rumahnya.

Paketan yang baru datang itu berisi biji kopi yang siap untuk diolah.

“Ini biji kopi specialty dari pegunungan Argopuro,” ujar Pijar sambil menunjukkan paketan berisi biji kopi yang siap diolah.

Setelahnya, Pijar langsung menuangkan biji kopi dari bungkus plastik ke dalam sebuah nampan untuk ditimbang.

Lalu ia menghidupkan mesin roasting untuk memanggang biji kopi. Ia membiarkan mesin roasting menyala hingga panas sampai suhu 200 derajat.

Setelah suhu mencapai 200 derajat, Pijar baru memasukkan biji kopi ke dalam alat roasting.

“Proses roasting biasanya sekitar 15 menit,” katanya.

Selama proses roasting, Pijar terlihat beberapa kali mengambil biji kopi dari dalam mesin untuk cium.

Ia juga beberapa kali terlihat mengecilkan api kompor yang memanggang biji kopi.

“Proses roasting harus tepat, kalau gosong sedikit rasa dan aroma buah hilang,” ujarnya.

Pijar menekuni bisnis kopi sejak tahun 2011. Awalnya, ia membuka coffee shop dengan kopi hasil produksi sendiri. Tapi coffee shop miliknya bangkrut.

“Dulu produksi kopi dengan alat manual sambil buka kafe, tapi bangkrut. Lalu melanjutkan usaha lagi dan yang berkembang roasting. Akhirnya bisa beli alat roasting,” katanya.

Sejak awal, Pijar fokus memproduksi kopi dengan sensasi rasa dan aroma buah-buahan. Menurutnya, biji kopi yang baik bisa memunculkan rasa dan aroma buah-buahan kalau diolah secara tepat.

Biji kopi yang bisa memunculkan rasa dan aroma buah biasanya kualitas di atas great satu dan hasil petik merah. Artinya, biji kopi dipetik dari pohon saat warna kulitnya merah.

Ia mendatangkan biji kopi kualitas bagus dari seluruh dunia. Ia pernah mendatangkan biji kopi dari beberapa negara, antara lain Ethiopia, Kolombia dan Brazil.

Untuk biji kopi lokal kualitas bagus, biasanya Pijar membeli dari petani di lereng Gunung Kawi dan Gunung Butak.

“Sebelum delapan jam setelah dipetik, biji kopi harus difermentasi dengan cara disimpan kedap udara. Setelah itu baru di-roasting,” ujarnya.

Setelah proses pengolahan, biji kopi kualitas bagus itu memang memunculkan sensasi rasa dan aroma buah-buahan.

Sensasi rasa buah-buahan muncul dari rasa asam pada biji kopi. Sensasi rasa buah yang muncul pada kopi antara lain strawberry, jeruk, anggur, dan kelapa.

“Tapi, minumnya (kopi) tanpa gula. Sebenarnya rasa kopi itu hanya manis, asam dan asin. Sensasi rasa buah muncul dari rasa itu,” katanya.

Pijar menjual kopi rasa buah-buahan dalam bentuk biji kopi yang sudah di-roasting.

Ia menjual biji kopi dalam kemasan 200 gram sampai 1 kilogram. Harga kopi rasa buah-buahan memang lebih mahal dua sampai empat kali lipat bila dibandingkan kopi biasa.

Untuk kopi kemasan 200 gram, ia jual mulai harga Rp 35.000 sampai Rp 100.000. Sedang harga per kilogramnya mulai Rp 200.000 hingga jutaan rupiah.

Pijar rata-rata bisa memproduksi sekitar 50 kilogram kopi rasa buah-buahan, dengan omzet mencapai Rp 30 juta sampai Rp 50 juta per bulan.

“Kalau pelanggannya biasanya pemilik kafe lokal dan pelanggan rumahan dari Blitar, Tulungagung dan Trenggalek. Paling jauh, pernah kirim ke pelanggan di Taiwan,” ujarnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *