Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Mayoritas pemuda yang terjaring razia aparat Polres Kediri telah dijemput oleh orang tua mereka dalam dua hari terakhir. Jumlah pemuda yang diamankan polisi jumlahnya mencapai ratusan.
Pengalaman pahit ini menjadi yang pertama bagi sebagian besar orang tua yang menjemput anak-anak mereka di kantor polisi.
Salah satunya adalah Mafrukah, seorang ibu asal Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang merasa malu dengan perbuatan putranya.
“Pertama ini, tapi ya mudah-mudahan tidak terulang. Biar jadi pelajaran buat dia (anak Mafrukah),” kata Mafrukah usai menjemput putranya di Mapolres Kediri, Senin (30/6/2025).
Mafrukah menceritakan, awalnya putranya meneleponnya pada Minggu (29/6/225) malam dengan nada khawatir dan takut, mengabarkan bahwa ia menginap semalaman di kantor polisi.
Padahal, lanjut Mafrukah, putranya hanya pamit untuk ngopi bersama teman-temannya di sekitar Simpang Lima Gumul (SLG).
“Pagi hari ya saya juga bingung, kenapa kok anak ini sampai menginap di kantor polisi, padahal kemarin malam pamitnya ngopi,” ujarnya.
Mendengar kabar tersebut, Mafrukah sengaja membiarkan putranya bermalam di kantor polisi dengan harapan memberikan efek jera.
Ia ingin putranya memahami konsekuensi dari tindakannya, dan merasakan bagaimana rasanya berurusan dengan pihak berwajib.
“Biar kapok dia. Biar bisa jadi pelajaran buat dia,” tegas Mafrukah.
Razia Pengamanan
Sebelumnya, operasi pengamanan dilakukan pihak kepolisian terkait pengesahan ribuan warga PSHT di Sempu Exotic Park, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Sabtu (28/6/2025) dini hari.
Dari operasi tersebut, polisi mengamankan ratusan pemuda dari dua lokasi berbeda, yakni di Kecamatan Kunjang dan Kecamatan Wates.
Saat digeledah, aparat menemukan beberapa barang bukti, termasuk sebuah batu yang disimpan di jok motor, pistol air berisi cairan cabai, dan dua buah nunchaku atau ruyung.
Kapolres Kediri, AKBP Bimo Ariyanto menambahkan, dalam razia pengamanan ini ada puluhan motor yang diamankan.
Motor tersebut diamankan karena plat nomornya ditutupi lakban, klakson bising, serta atribut dan pakaian yang berisi tulisan provokatif.
Bimo menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mentolerir aksi apa pun yang mengganggu ketertiban umum, termasuk dari perguruan mana pun.
Pihaknya mengimbau seluruh elemen masyarakat, terutama para orang tua, untuk lebih peduli terhadap pergaulan anak-anak mereka.
“Pencak silat sejatinya adalah seni bela diri luhur yang bertujuan melindungi diri dan orang lain dari ancaman. Sangat disayangkan jika disalahgunakan untuk tujuan yang justru merusak keamanan,” pungkas Bimo.