Metaranews.co, Kediri – Aliansi Sungai Brantas melakukan penelitian sumber Ngasinan di Desa Rejomulyo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Hasilnya Sumber Ngasinan dinyatakan tercemar Fosfat dan Mikro Plastik, Jumat (18/2/2023).
Brian Pramana coordinator komunitas Trash Control Community (TCC) salah satu anggota Aliansi Sungai Brantas mengatakan, penelitian yang dilakukan mencakup Penilaian Habitat Reparian, Pemantauan Kualitas Air Fisika Kimia dan Analisis Mikroplastik, Brand Audit Sampah Plastik.
“Biotilik dan Penilaian Habitat Reparian yang bertujuan untuk memantau kesehatan sungai dengan menggunakan indikator biota sungai seperti serangga air dan kondisi bantaran, tanaman dan pohon yang berada di lokasi,” jelas Brian, Jumat (18/2/2023).
“Pemantauan Kualitas Air Fisika Kimia dan Analisis Mikroplastik bertujuan untuk mengukur parameter air dengan parameter (Nitrat, Nitrit, PH, TDS, Suhu dan DO) dan juga mengidentifikasi mikroplastik dari sampel yang di ambil dari sumber ngasinan, dan Brand Audit Sampah Plastik bertujuan untuk mengetahui karakteristik sampah dan merek sampah yang mencemari sumber ngasinan,” lanjutnya.
Menurut Brian, kegiatan tersebut dilakukan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih menjaga sumber mata air.
Sementara itu, Brian juga menjelaskan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan dirinya Bersama tim.
“Berdasarkan penghitungan sampel mikroinvertebrata yang telah diambil di Sumber Ngasinan memiliki Indeks Biotilik dengan SKOR 2,4 yang berarti kondisi sungai tercemar sedang karena ditemukan paling banyak family Thiaridae (sumpil), Selain itu keadaan air juga bisa dipengaruhi oleh limbah rumah tangga, karena saluran air tersebut juga di gunakan warga sebagai tempat untuk mencuci baju,” jelas Brian.
Selain itu, berdasarkan penilaian Habitat Riparian skor kesehatan habitat adalah 2,7 yang menunjukkan sehat, menyediakan kondisi habitat yang beragam dan stabil untuk mendukung kehidupan biota, substrat sungai terdiri dari kombinasi pasur dan batuan beragam ukuran, terdapat potongan katu yang lapuk di dalam air dengam campuran substrat batuan stabil.
“Tetapi tebing sungai dibatasi plengsengan beton,lebih dari 50% bagian sungai diplengseng. Terdapat aktivitas manusia di sekitar sungai dan sempadan sungai misalnya pembuangan sampah pembuangan limbah detergen,” katanya.
Tak hanya itu, dari hasil pemantauan kualitas air di dua lokasi, terlihat parameter fosfat melebihi baku muku dari angka yang sudah di tetapkan dalam PP 22 Tahun 2021 yang hanya 0,2 ppm untuk air kelas I.
“Hasil identifikasi sampel mikroplastik diambil dari air Sumber Ngasinan mayoritas adalah jenis fiber. jenis fiber lebih banyak dibanding jenis lainnya dikarenakan lokasi sumber ngasinan digunakan sebagai tempat cuci beberapa warga Rejomulyo,” tukasnya.