Metaranews.co – Perayaan Isra Mikraj tak hanya semata memiliki nilai agamis yang kental bagi umat muslim. Momen ini juga identik dengan tradisi-tradisi yang kaya akan nilai kebersamaan dan kearifan lokal.
Di Indonesia, Isra Mikraj diperingati dengan berbagai macam kegiatan dan tradisi, khususnya di Pulau Jawa. Seperti halnya di Jawa Timur, terdapat tradisi yang bernama Ambengan.
Setiap tahun, muslim di berbagai daerah di Jawa Timur melaksanakan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas peristiwa besar tersebut.
Salah satu daerah yang masih melestarikan tradisi ini adalah Desa Randusongo, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi. Warga menjalankan tradisi Ambengan di musala-musala dan masjid setempat.
Dilansir laman Desa Randusongo, tradisi Ambengan merujuk pada hidangan nasi beserta lauk pauk lengkap yang dibawa warga dari rumah masing-masing menggunakan nampan, baskom, atau tampah, ke masjid atau musala.
Biasanya, acara dimulai dengan tahlilan, ceramah singkat, dan doa yang dipimpin ustaz atau kiai. Setelah doa bersama, hidangan Ambengan dibagikan dan dimakan bersama-sama. Satu Ambengan biasanya cukup untuk empat orang atau lebih.
Tradisi ini telah menjadi warisan budaya turun-temurun, yang mengajarkan nilai kebersamaan, saling berbagi, dan mempererat silaturahmi di kalangan umat Islam.
Asal Usul Tradisi Ambengan
Ambengan merupakan sebuah acara syukuran yang diadakan sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah, sekaligus sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga.
Tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang, dan kini masih berlangsung dengan penuh makna.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat setempat, tradisi Ambengan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Pada zaman dahulu, Desa Randusongo dikenal sebagai daerah lumbung padi, di mana petani mengandalkan hasil pertanian untuk kelangsungan hidup mereka.
Ambengan merupakan salah satu bentuk syukur atas panen yang melimpah, yang kemudian diadakan dengan berbagai prosesi adat yang unik dan penuh makna.
Prosesi Ambengan
Prosesi Ambengan dimulai dengan persiapan bahan-bahan untuk upacara. Salah satu ciri khas dari Ambengan adalah penggunaan “ambeng”, yakni sebuah tempat berbentuk bundar yang terbuat dari anyaman bambu, yang berisi aneka makanan dan hasil bumi seperti nasi tumpeng, ingkung ayam, pisang, ketan, dan hasil pertanian lainnya.
Ambengan ini akan disusun secara teratur dan diletakkan di tengah-tengah desa atau di rumah warga yang menjadi tuan rumah acara.
Puncak acara Ambengan biasanya diadakan pada malam hari, dengan warga yang berpartisipasi berkumpul di satu tempat. Mereka bersama-sama melaksanakan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama atau tetua adat.
Doa ini dipanjatkan untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi seluruh warga desa. Setelah doa bersama, makanan yang ada dalam ambengan dibagikan kepada seluruh peserta sebagai simbol rasa syukur dan kebersamaan.
Selain itu, terdapat pula rangkaian acara hiburan yang memperkaya suasana, seperti tari-tarian tradisional dan musik gamelan. Acara ini menjadi momen bagi warga untuk saling bertukar cerita, mempererat hubungan, dan menjaga keharmonisan dalam masyarakat.
Makna Tradisi Ambengan
Ambengan tidak hanya sekadar acara syukuran, tetapi juga menyimpan banyak nilai luhur yang dapat diambil oleh generasi muda.
Pertama, tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya rasa syukur kepada Tuhan atas segala rezeki yang diterima.
Kedua, Ambengan menjadi sarana untuk mempererat persatuan dan kebersamaan antarwarga, yang penting dalam menjaga keharmonisan sosial di desa.
Ketiga, melalui tradisi ini warga juga berusaha melestarikan warisan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Seperti halnya Desa Randusongo, di Jawa Timur, khususnya di pedesaan, tradisi ini masih hidup dan berkembang, menjadi bagian tak terpisahkan dari peringatan Isra Mikraj dan hari-hari besar Islam lainnya.
Lebih dari itu, Ambengan juga menjadi sarana untuk memperkuat iman, menambah rasa syukur, dan menjaga keberlanjutan budaya Islam yang kaya akan makna dan nilai-nilai positif.