Anjuran Tadarus Al-Qur’an, Cara Raih Kemuliaan di Bulan Ramadan

Tadarus Al-Qur'an
Ilustrasi membaca Al-Qur'an. (Unplash)

Metaranews.co, Kalam – Tadarus Al-Qur’an di bulan Ramadan merupakan sebuah kebaikan. Bagi yang melaksanakan, limpahan pahala senantiasa akan selalu menghampiri dimanapun.

Bulan Ramadan merupakan bulan suci yang didalamnya begitu banyak anjuran dan berlimpah keberkahan bagi setiap insan yang mengerjakan anjuran tersebut.

Bacaan Lainnya

Salah satu anjuran yang bisa dikerjakan di bulan Ramadan adalah Tadarus Al-Qur’an. Selagi masih dalam bulan penuh keberkahan.

Tadarus Al-Qur'an
Ilustrasi membaca Al-Qur’an. (Unplash)

Tidak heran jika di bulan ini banyak sekali keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT.

Melansir laman NU, bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah swt berikut ini,

   شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ

Artinya, “(Hari-hari yang ditentukan itu) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya (permulaan) Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim (juz 1, hal. 292) menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar sebagai berikut  firman Allah SWT,

  إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ

Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.”  (QS. Al-Qadr [97]: 1)

Ibnu Katsir melanjutkan, dalam proses pewahyuan, Alquran berbeda dengan kitab-kitab lainnya.

Jika Suhuf Nabi Ibrahim, Taurat Nabi Musa, Zabur Nabi Daud dan Injil Nabi Isa diturunkan sekaligus, tetapi Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap.

Tahap pertama diturunkan sekaligus dari langit dunia ke Baitul ‘Izzah, sedangkan tahap kedua diturunkan secara berkala dan terpisah sesuai dengan peristiwa yang menimpa Nabi Muhammad.

Dalam proses transmisi berkala, Alquran diturunkan pada bulan yang berbeda. Ibnu Katsir menyebutkan sebanyak enam bulan; Syawal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Shafar dan Rabi’ul Awwal.

Selain bulan Ramadan yang bertepatan dengan turunnya Al-Qur’an, bulan Ramadan juga menjadi waktu rutin Nabi Muhammad untuk membacakan Al-Qur’an kepada Malaikat Jibril. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas dijelaskan,

  عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Artinya, “Dari Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah saw adalah orang yang paling lemah lembut, terutama di bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril as menemuinya, dan Jibrillah yang mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, di mana Jibril mengajarinya Alquran. Sungguh Rasulullah adalah orang yang paling lembut dari angin yang berhembus.” (HR Bukhari)

Hadits ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah membaca Al-Qur’an setahun sekali di bulan Ramadan bersama Malaikat Jibril. Kecuali pada tahun terakhir sebelum wafatnya, Rasulullah membacakannya dua kali.

Menurut Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 1393 M.), ulama besar yang dalam bidang Aqidah bermadhab Asy’ariyah dan dalam bidang fiqih bermazhab Hanbali, menuturkan bahwa hadits ini menunjukkan kesunnahan bertadarus Al-Qur’an pada malam bulan Ramadan secara berjama’ah.

Dalam kitab Bughyah al-Insan fi Wadza’if Ramadhan, Ibnu Rajab menjelaskan,

و دل الحديث أيضا على استحباب دراسة القرآن في رمضان والاجتماع على ذلك، وعرض القرآن على من هو أحفظ له، وفيه دليل على استحباب الإكثار من تلاوة القرآن في شهر رمضان

Artinya, “Hadits ini juga menunjukan kesunahan bertadarus Al-Qur’an pada bulan Ramadhan secara berjama’ah. Menyetorkan Al-Qur’an kepada orang yang lebih hafal darinya. Hadits ini sekaligus menunjukkan kesunahan memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.” (Lihat Ibnu Rajab, Bughyah al-Insan fi Wadza’if Ramadan, hal. 42)

Ibnu Rajab melanjutkan, hadits Ibnu Abbas di atas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menitipkan Alquran kepada Malaikat Jibril pada malam hari di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, dianjurkan untuk membaca Al-Quran pada malam hari di bulan Ramadhan.

Malam hari adalah saat manusia bebas dari segala kesibukan, saat kecemasan menumpuk dan merupakan waktu yang tepat untuk berefleksi. (Bughyah al-Insan fi Wadza’if Ramadhan, hal. 42)

Dalam beberapa riwayat, bulan Ramadan juga menjadi waktu yang istimewa bagi Nabi, para sahabat dan ulama pada umumnya untuk lebih fokus membaca Al-Qur’an.

Saat memasuki bulan Ramadan, Rasulullah sendiri akan membaca Al-Qur’an lebih banyak dari malam-malam lainnya.

Dalam salah satu riwayat juga dijelaskan bahwa salah seorang sahabat Nabi bernama Hudzaifah ikut shalat bersama Nabi di bulan Ramadhan.

Hudzaifah mengatakan bahwa Nabi membaca surat al-Baqarah, an-Nisa dan Ali ‘Imran. Setiap kali bertemu dengan ayat yang menjelaskan suatu ancaman, beliau berhenti dan berdoa agar dijauhkan dari ancaman tersebut.

Itulah beberapa anjuran membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan yang perlu kita ketahui. Nabi Muhammad SAW juga melakukan hal yang sama, dan melakukannya dua kali lipat dari hari biasa.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *