Cara Orang Dulu Menentukan Awal Bulan Syawal Sebelum Adanya Teknologi

1 Syawal 1444 H
Proses melihat hilal. (Sumber foto by Setkab.go.id)

Metaranews.co, Kalam – Mengetahui bagaimana orang dahulu melihat penentuan awal bulan Syawal sebelum adanya teknologi.

Seperti diketahui, saat ini perkembangan teknologi sudah semakin canggih dan modern. Sehingga, hal itu memudahkan kita untuk menentukan awal Ramadan maupun Syawal.

Bacaan Lainnya

Dengan menggunakan teleskop, kita dapat melihat hilal maupun hisab, sehingga itu bisa menjadi pertimbangan dalam sidang isbat guna menentukan jatuhnya awal Ramadan maupun Syawal.

Namun, pernahkan berpikir bagaiman orang dahulu menentukan awal Syawal tanpa bantuan tekhnologi? dari ceramah Gus Baha, menjelaskan tentang bagaimana masyarakat biasa melihat awal Syawal.

Menyimak ceramah Gus Baha yang disiarkan melalui kanal Youtube Santri Gayeng, cara masyarakat biasa melihat awal Syawal menurut Gus Baha menarik karena hanya dengan mengamati bentuk bulan.

Mengawali cerita dengan menyinggung kakek buyutnya yang juga sosok yang berilmu tinggi di bidang agama, Gus Baha mengenang apa yang pernah dikatakan kakek buyutnya kepadanya.

Cara orang biasa melihat awal Syawal saat polemik pecah adalah dengan melihat bulan. Gus Baha kemudian mengilustrasikan, misalnya menurut Mustofa awal Ramadan adalah hari Minggu, menurut Rukhin adalah hari Senin, dan menurut Mas Abu adalah hari Selasa.  Bagaimana cara mengatasi ini?

Bagi Gus Baha, orang yang tidak mau belajar astronomi hanya bisa berkata, “Islam kok beda?”

Gus Baha pun bertanya lagi. “Apakah itu berarti kedua umat Islam harus memiliki pemikiran yang sama?”

Pertanyaan berupa sindiran ini menyindir cara pandang masyarakat secara umum yang salah dalam ilmu demokrasi.  Sampai-sampai mereka beranggapan bahwa kedua muslim itu pasti memiliki pemikiran yang sama.

Gus Baha mengingatkan bahwa dalam teori astronomi, Tuhan menjadikan bulan itu 29 hari atau 30 hari.  Artinya dari awal potensi itu memang ada, kata Gus Baha.

Kembali ke cara orang melihat awal Syawal, menurut Gus Baha, yang berkaca dari ilmu kakek buyutnya, sebenarnya menentukan awal Syawal dan Idul Fitri itu mudah.

“Orang yang meributkan itu, suruh lihat tanggal 15 saja. Sekarang hitung saja. Coba percaya sains, model biasa saja, tidak perlu belajar astronomi. Cari saja tanggal 15 mulai  dari Minggu (Minggu), hitung saja!” ucap Gus Baha.

Gus Baha melanjutkan, setelah menghitung dengan cara awam akan terlihat nanti. Ternyata di tanggal 15 bulan itu, posisinya masih belum terisi penuh.  Artinya, pendapat Mustofa salah.

Kemudian, kami menentukan kapan Bulan Purnama akan terjadi.  Jika ternyata bulan purnama jatuh pada hari Senin, maka teori Rukhin benar.

Begitulah masyarakat melihat awal Syawal menurut Gus Baha.  Menurutnya, cara masyarakat yang dulu menunjukkan bahwa polemik perbedaan dan kerancuan pada tanggal berapa Idul Fitri jatuh sudah terjadi sejak lama dan sangat bisa dimaklumi.

Sudah tahu bagaimana cara orang dahulu menentukan awal Ramadan maupun Syawal? Dengan minimnya teknologi kala itu, ternyata umat Islam dahulu juga sudah mampu memutuskan.

Hanya dengan melihat bentuk bulan memang terasa mudah. Namun, jika tidak diimbangi dengan pengetahuan yang kokoh, hal itu serasa sia-sia saja dan malah akan banyak menimbulkan pertanyaan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *