Oleh: Agiel Nafila, Mahasiswa Psikologi UIN Syekh Wasil Kediri, Semester 7
Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Puluhan Mahasiswa semester 7 dari Prodi Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Wasil Kediri melaksanakan kuliah lapangan di Dusun Sumberjo, Desa Jambu, Kabupaten Kediri. Acara tersebut terlaksana pada 12-13 Desember 2025.
Dosen Pengampu Prodi Psikologi UIN Syeikh Wasil, Sunarno mengatakan kuliah lapangan kali ini bertema “Ngupaya Katentreman lan Endahing Sesrawungan” (mengupayakan hidup tenteram dan indahnya pergaulan atau interaksi sosial).
“Kuliah lapangan ini dilaksanakan secara Live in di rumah-rumah warga yang berbeda-beda agama dengan mengusung tema . Usulan tema dari mahasiswa sendiri,” jelas Sunarno.
Tujuan diadakannya Kuliah Lapangan menurut dia adalah agar mahasiswa belajar secara langsung dari masyarakat, khususnya dari warga Dusun Sumberjo.
“Masyarakat akademik harus mau rendah hati untuk kembali banyak belajar kepada masyarakat di luar kampus. Tidak hanya di ruang kelas yang tentu juga memiliki banyak kesempitan. Di mayarakat, pengetahuan dan data-data tergelar luas” jelasnya.
Warga Dusun Sumberjo kata Sunarno memiliki empat agama, yaitu Islam, Hindu, Katolik, dan Kristen Jawi Wetan. Pun memiliki empat tempat ibadah, yaitu Masjid, Pura, Gereja Katolik, dan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW).
Kepala Dusun (Kasun) setempat Budiyono menyampaikan bahwa perbedaan keyakinan agama di Dusun Sumberjo tidak menjadi penghalang bagi warga untuk membangun kehidupan sosial yang damai, penuh toleransi, dan gotong royong. Salah satu bentuk nyata kerukunan antarwarga adalah kebersamaan pada saat perayaan hari raya masing-masing agama.
“di Dusun Sumberjo sehari sebelum hari raya Nyepi, warga dari berbagai agama bergotong royong membuat Ogoh-Ogoh. Begitu pula saat hari raya Natal, warga akan menghadiri undangan untuk berkumpul dan makan bersama di depan GKJW. Pun ketika hari raya Idul Fitri, para warga yang Bergama Hindu, Katolik dan Kristen Jawi Wetan akan anjangsana (nglencer) ke rumah-rumah warga Muslim untuk mengucapkan selamat,” jelas Budiyono.
Senada, Pemuda Desa Setempat Yudho mengungkapkan, kehidupan rukun di Dusun Sumberjo sudah menjadi bagian dari keseharian, karena sejak lahir mereka tumbuh dan berkembang di lingkungan yang beragam agama.
Sementara itu, Asih, salah satu warga pemeluk agama Katolik mengungkapkan bahwa kunci kerukunan di Dusun Sumberjo adalah tingginya toleransi antarwarga. Menurut Bu Asih, pemahaman terhadap cara hidup penganut agama lain membuat masyarakat tidak mudah berprasangka.
“Disini kan banyak penganut agama, jadi kita saling tahu, oh agama Islam seperti ini, Hindu seperti ini, Jawi Wetan seperti ini. Jadi kita saling toleransi, pola pikirnya itu tidak sempit,” ujar Bu Asih.
Untuk diketahui, selama kuliah lapangan berlangsung, mahasiswa menginap di rumah-rumah warga yang berbeda-beda agama. Hal ini memberi pengalaman langsung kepada mahasiswa bagaimana hidup satu rumah dengan mereka yang berbeda agama.
Dengan menginap di rumah warga yang berbeda agama, mahasiswa mendapatkan banyak pelajaran tentang pentingnya keterbukaan, empati, dan penghormatan terhadap perbedaan.
Pada hari kedua, para mahasiswa melakukan sesi berbagi cerita terkait berbagai sudut pandang yang mereka peroleh selama menginap di rumah warga.
Kegiatan ini menjadi ruang refleksi bersama untuk memahami dinamika toleransi dan kehidupan sosial lintas agama dari pengalaman langsung di lapangan.
Kegiatan kuliah diakhiri dengan belajar keberagaman melalui gamelan di Sanggar Pura Dewi. Gamelan bagi warga Dusun Sumberjo menjadi salah satu sarana ruang bertemu para warga lintas agama.






