Metaranews.co, Jombang – Menjelang musim tanam padi, para petani di Desa Pacarpeluk, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang berburu tikus di sawah. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi hama di sawah, karena selama ini hewan rakus itu memang menjadi momok untuk pada petani padi desa setempat.
Dalam perburuan ini, para petani bergotong royong untuk menangkap tikus, caranya dengan menyiram air kedalam lubang yang merupakan sarang tikus, setelah itu saat tikus keluar para petani lantas menangkapnya.
Kepala Desa Pacarpeluk, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Diyah Kusnowati mengatakan, tekhnik menangkap tikus dengan bergotong royong tersebut dinamai oleh warga sekitar gropyokan.
“Ini namanya gropyokan, dan biasanya warga mengadakannya setiap mau musim tanam, untuk mengurangi hama tikus,” ujarnya.
Meski sederhana, menurut Diyah gropyokan ini cukuk efisien mengurangi populasi tikus.
“Tikus yang kena langsung dibunuh, jika tikus-tikus itu dibiarkan populasinya akan semakin banyak. Tikus akan memakan tanaman padi petani, sehingga produksi pun akan berkurang,” katanya.
Diyah juha menyebut selain dengan gropyokan, biasanya untuk membunuh hama tikus dilakukan dengan cara memasang umpan racun.
“Di awal kita gropyokan, lalu selanjutnya setelah selesai tanam ini para petani biasanya menggunakan racun tikus,” ujar dia.
Sementara itu, Nur Kholiq, salah satu petani yang mengikuti acara gropyokan tikus mengatakan, dirinya bersama petani lainnya mendukung kegiatan ini, karena membantu para petani. Ia kecewa karena populasi tikus semakin meningkat, sehingga tanaman ikut dirusak tikus.
“Karena tikus merusak tanaman dan ini berdampak pada penurunan produksi gabah. Kalau biasanya per 100 ru lahan bisa menghasilkan satu ton, setelah hama ini menyerang hanya setengahnya,” ujarnya.
Dalam aksi tersebut, para petani membawa alat sederhana yaitu mesin diesel dan kayu. Mesin diesel mengarahkan air ke lubang tempat tinggal tikus, dan setelah tikus berlari mereka langsung diburu oleh para petani.
Para petani mendapatkan puluhan ekor tikus dalam aksi gropyokan tersebut. Semua bangkai tikus juga langsung dikubur di sawah untuk meminimalisir bau tak sedap.
Rencananya, kegiatan ini tidak akan berhenti dilakukan. Para petani terus bergotong royong ke titik lain untuk berburu tikus, agar hasil panen petani nantinya bisa tumbuh dengan baik.