Metaranews, Kediri – Kebutuhan bahan baku kedelai untuk memproduksi tempe dan tahu di Kabupaten Kediri sangat tinggi. Rata-rata tiap bulan para produsen tempe dan tahu di Kediri mencapai 30 ton. Tingginya kebutuhan kedelai ini membuat para pengusaha tempe harus mengimpor komoditas ini.
Plt. Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kabupaten Kediri, Tutik Purwaningsih, menerangkan bahwa kedelai lokal di Kabupaten Kediri tidak dapat mencukupi kebutuhan para perajin tempe dan tahu. Ia menyatakan pasokan kedelai di Kediri didapatkan dari impor untuk olahan tempe dan tahu.
” Ada 101 pengrajin tempe, tahu, dan jajanan dari kedelai, untuk kebutuhan kedelai impor 30 ton per bulan,” ungkapnya.
Selain itu, Tutik menambahkan lahan produksi kedelai sangat minim. Berdasar informasi yang diperoleh Tutik, lahannya kurang dari 100 hektar. Hal tersebut dianggap menjadi salah satu faktor adanya ketergantungan dari impor.
“Salah satunya lahan produksi yang minim, informasinya kurang dari 100 hektar,” terang Tutik.
Sedangkan, data Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Kediri hanya tercatat produksi kedelai pada 2018. Untuk data 2019 sampai 2021 tidak terpublikasi di website BPS Kabupaten Kediri.
Pada 2018, BPS Kabupaten Kediri mencatat produksi kedelai mencapai 280 kuintal. Stok kedelai di distributor, kata Tutik, mengalami kenaikan kurang lebih Rp 300 perkilogram.
“Kita akan berupaya bagaimana mencukupi kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan, saya pastikan stok kedelai masih aman, beruntung sampai hari ini belum ada pengrajin yang mogok produksi,” katanya. (Tyo)