Metaranews.co, Kediri – Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Koordinator Daerah (Korda) Kediri menggelar Forum Group Discussion (FGD) membahas Tantangan Daerah Menghadapi Migrasi Televisi (TV) Analog ke TV Digital dengan narasumber, Dr. Prilani (Akademisi) dan Dr. (Cand) Ahmad Willyanto (Kepala Biro INEWS Jawa Timur), kegiatan bertempat di ruang pertemuan Graha II A Dinas Kesehatan, Kota Kediri, Selasa (22/3/2022). Foto : A Rudy Hertanto
Seperti diketahui, saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia (RI) sedang mempersiapkan penghentian (secara bertahap) penyiaran Televisi (TV) analog untuk beralih ke siaran TV digital atau disebut Analog Switch-Off (ASO) hingga paling lambat terjadi pada sekitar November 2022 mendatang.
Ketua IJTI Korda Kediri, Roma Duwi Juliandi mengungkapkan, FGD ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta adanya kesamaan persepsi sekaligus sinergi dalam menghadapi berbagai hal atau dinamika yang terjadi atas adanya kebijakan migrasi TV analog ke TV digital sehingga nantinya dapat memberikan manfaat positif ke masyarakat.
“Kita mengundang eksekutif, legislatif, yudikatif dan masyarakat, karena semuanya memiliki peran untuk mensosialisasikan kebijakan tersebut, seperti disampaikan narasumber tadi, memang sosialisasi TV analog dan ke TV digital ini masih kurang, masih banyak masyarakat yang belum tau,” katanya usai FGD.
“Makanya dari acara yang kita gelar ini, kita punya harapan tentunya dari eksekutif khususnya juga akan melakukan sosialisasi ke masyarakat secara langsung, seperti yang narasumber sampaikan tadi untuk mensosialisasikan itu dari pemerintah langsung menyediakan televisi, TV tabung pakai antena UHF, TV digital dan semuanya yang nantinya bisa dijadikan pembanding, yang itu akan diberitahukan kepada masyarakat pada saat sosialisasi, nah ini loh perbedaannya,” lanjutnya
Roma menegaskan, kurun waktu ke depan IJTI Korda Kediri siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk melakukan promosi TV digital ke masyarakat.
Dr. Prilani menjelaskan, “Tadi kan sudah di sampaikan bahwa kita ini lemah disosialisasi, sehingga masyarakat dan konsumen belum paham betul migrasi analog ke digital itu seperti apa, makanya tadi kita berharap bahwa ada konsep yang praktis, yang pas untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat terkait dengan migrasi ini.”
“Sebenarnya ini kan tupoksinya pemerintah ya dalam hal ini Kominfo dan memang leading sektornya secara nasional (kampanye literasi digital itu adalah di Kominfo RI) dan kalau di break down di TV digital ini tetap mereka punya program itu, akan tetapi kalau pada proses migrasi TV digital ini tidak dibarengi dengan stakeholder dibawah, itu akan susah,” jelasnya.
“Karena masyarakat kita yang tadi sempat disinggung, majemuk, luas wilayah, keberagaman dan seterusnya bahkan kalau ini coverage area itu kan juga beda-beda,” urainya.
Dr. Prilani menyebutkan, harus ada langkah kongkrit, harus ada literasi migrasi analog ke digital ini secara serius, “Jadi ada sosialisasi yang praktis misalkan membedakan antara ini smart TV, ini TV streaming, ini TV online, ini TV digital bahkan TV analog yang didigitalkan tadi seperti pakai STB (Set To Box) dan seterusnya itu harus praktis, harus ada ya karena ini sudah bicara tidak lagi kualitatif, ini bicara fakta dilapangan tentang perangkat teknis problemnya kan itu.”
Dr. (Cand) Ahmad Willyanto menambahkan, “Buat industri televisi, bagaimana kita bermigrasi dari analog ke digital itu sesuatu yang tidak bisa dihindari lagi karena kebutuhan untuk hal itu memang sudah saatnya.”
“Bagi industri ini sesuatu yang menguntungkan karena kualitas dari gambar yang diterima oleh pemirsa akan lebih bagus, dengan begitu maka setiap program yang kami tayangkan itu akan maksimal, nggak ada lagi pemirsa yang kesulitan untuk menerima audio visual, utamanya yang berada di pinggir daerah misalnya yang kualitas gambarnya kurang bagus dengan adanya migrasi dari analog ke digital ini semua bisa teratasi menjadi lebih baik dari sisi audio dan visualnya,” ujarnya.
Mengenai kendala yang ada, Dr. (Cand) Ahmad Willyanto memaparkan, “Sebenarnya sih memang perlu pematangan ya, karena migrasi dari analog ke digital tidak sederhana, kita berbicara tentang equipment dan sebagainya, investasi dan sebagainya, jadi kalau Indonesia menjadi lama dalam hal membicarakan hal ini dan memutuskan kapan kita bermigrasi, itu sesuatu yang wajar karena tidak sesederhana yang kita lihat bahwa migrasi tinggal migrasi aja karena perubahan dari analog ke digital itu menyangkut semua aspek.”
“Utamanya memang sosialisasi karena masyarakat ini kan masih banyak yang belum paham, belum tau televisi digital itu apa, nah ini yang perlu menjadi tugas dari pemerintah, juga dari insan pertelevisian juga, kami juga berkontribusi terhadap bagaimana memberikan literasi kepada masyarakat mengenai televisi digital ini,” pungkasnya.(E2)