Metaranews.co, Batu – Kondisi Sungai Brantas kian lama kian memprihatinkan. Mulai dari pencemaran limbah dan sampah membuat berdampak terhadap ekologi Sungai Brantas. Apalagi pascabanjir 2020 lalu, kondisi Sungai Brantas perlu menjadi konsentrasi pemerhati lingkungan hidup. Hal tersebut menjadi perhatian Perum Jasa Tirta I untuk membuat kegiatan susur sungai.
Kegiatan yang diselenggarakan mulai September nanti akan diikuti kelompok masyarakat peduli lingkungan di Malang.
Pemetaan dari susur sungai itu nanti akan menjadi sajian data yang digunakan Perum Jasa Tirta I untuk membuat kebijakan yang berorientasi perbaikan lingkungan. Susur sungai ini dimulai dari titik 0 atau hulu sungai bermula di kawasan Arboretum, Desa Sumberbrantas hingga sungai di kawasan Universitas Muhammadiyah Malang. Penyusuran yang akan terbagi menjadi 6 etape ini melibatkan banyak pihak mulai Pemkot Batu, Pemkab Malang serta akademisi dan masyarakat.
”Hasil pemetaan dilaporkan tertulis, berupa sajian data. Harapan kami, sajian data ini bisa jadi pijakan Pemda dalam membuat arah kebijakan,” ungkap Direktur Utama Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan.
Dalam penelusuran ini nanti memeriksa banyak indikator. Mulai sumber mata air, kualitas air, sumber sampah (tumpukan sampah maupun limbah cair), kondisi sempadan hingga retakan tanggul. Jadi misal ada titik timbulan sampah, ini akan jadi PR Pemda untuk menangani sampah agar tidak sampai masuk ke wilayah sungai.
Sebelumnya, kegiatan Susur Sungai pada 2019 lalu pernah dilakukan juga. Dari sana ditemukan banyak titik pembuangan sampah baru di sepanjang aliran sungai. Mulai sampah plastik, pembuangan limbah cair domestik, bangunan di sempadan sungai hingga sumber mata air yang menghilang.
”Tahun ini kita coba petakan ulang, dibandingkan dengan tahun 2019 lalu. Apakah tambah baik, masih tetap atau jangan-jangan lebih buruk,” ujarnya.
Selain pelestarian ekosistem sungai, kegiatan Susur Sungai Brantas ini juga akan memetakan titik rawan longsor dan potensi bencana alam lainnya. Kegiatan susur sungai ini merupakan kesadaran terlibat seluruh pihak. Bagaimanapun, kerusakan lingkungan yang terjadi merupakan dampak panjang dari alih fungsi lahan dan perilaku masyarakat sendiri,
”Dengan melihat langsung kondisi sungai, mereka akan sadar betapa pentingnya merawat sungai. Sudah seyogyanya, permasalahan sungai menjadi tanggung jawab bersama,” imbaunya.
Nantinya, kegiatan ditutup dengan Semiloka yang mempertemukan para ahli, pemangku kebijakan, pelaku usaha, media massa dan masyarakat agar dapat terlibat menuntaskan permasalahan konservasi DAS Brantas.