Metaranews.co, Malang– Merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa Timur (Jatim) yang ditetapkan Kementerian Pertanian membuat Pemerintah Provisi Jatim harus waspada. Pekan lalu, Pemprov Jatim merilis hewan ternak di 4 kota telah terserang wabah PMK. Sekarang, wabah ini telah memasuki Malang Raya, yaitu Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu.
Hal tersebut tak dipungkiri dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (Dispangtan) Kota Malang yang menyatakan tiga ekor sapi di RPH Perumda Tunas Kota Malang dinyatakan positif PMK. Bahkan, ada satu ekor sapi yang dinyatakan telah mati karena PMK.
“Dinyatakan positif PMK. Kemarin yang satu sudah mati dan yang dua sudah dipotong,” kata Anton Pramujiono, Kabid Peternakan Dispangtan Kota Malang.
Menurutnya, asal muasal sapi ini diketahui dari luar Kota Malang. Sehingga, kini Dispangtan Kota Malang melarang adanya pengiriman sapi dari luar kota. Terutama daerah yang sudah terserang wabah PMK.
“RPH melakukan penyemprotan disinfektan 3 kali sehari untuk mencegah penularan. Kemudian sapi yang ada di RPH tidak boleh keluar dulu,” imbuhnya.
Ia menyatakan ada sekitar 2 ribu ekor sapi dari peternakan di Kota Malang tak memiliki gejala PMK. Sedangkan di RPH Perumda Tunas Kota Malang masih ada 30 ekor sapi.
Tak hanya itu, di Kabupaten Malang ada ratusan 155 ekor sapi yang mulai mempunyai adanya gejala terjangkit PMK. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Kabupaten Malang mencatat ada 155 ekor sapi suspect PMK. Sehingga, pihaknya kini mulai waspada dengan wabah tersebut.
Kepala Disnakkeswan Kabupaten Malang, Nurcahyo,meminta masyarakat tidak panik berlebihan. Dikarenakan, jumlah suspect sapi sangat kecil dibandingkan jumlah hewan ternak di Kabupaten Malang yang mencapai ratusan ribu ekor.
“Kami sampaikan bahwa wabah PMK ini sudah masuk di Kabupaten Malang. Prosentasenya masih kecil,” terang Nurcahyo.
Sebelum ada wabah PMK, Disnakkeswan kerap memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para peternak agar mereka bisa mengatasi penyakit yang diderita oleh hewan ternaknya.
Di sisi lain, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu telah menyatakan ada 42 ekor sapi di Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji terkonfirmasi positif terjangkit PMK. Sampel yang dikirim dari peternak di satu desa tersebut dinyatakan positf PMK dari Balai Veteriner Wates, Yogyakarta.
Kepala DPKP Kota Batu, Sugeng Pramono, menyatakan bahwa jajarannya kini melakukan tracing semua kandang ternak di Kota Batu. Khususnya, di Desa Sumbergondo yang merupakan lokasi pertama ditemukan virus PMK.
Bahkan, semua kandang di Desa Sumbergondo telah diisolir. Dari data DKPP, kata Sugeng, jumlah sapi perah sebanyak 343 ekor dan sapi potong sebanyak 104 ekor.
“Kami sudah lakukan tracing, penyemprotan kandang dan pemberian vitamin dan antibiotik pada hewan ternak lain. Kami juga sudah dirikan posko,” ungkap Sugeng.
Dari hasil penelusurannya, lanjut Sugeng, paparan virus ini berawal dari salah satu peternak disana yang membeli sapo ternak dari wilayah Mojokerto. Namun ternyata sapi yang dibeli itu terpapar virus dan akhirnya menulari sapi disekitarnya.
Menurut Sugeng, masyarakat diharap tidak panik dengan wabah ini karena tidak menular ke manusia. Ia mengimbau jika ada hewan ternak yang mengalami gejala PMK seperti kuku sakit atau mulut berliur segera melapor ke dinas.
Adapun, tanda klinis lain penyakit PMK diantaranya demam tinggi, mulai 39 hingga 41 derajat celcius, lalu keluar lendir berlebihan dari mulut hewan ternak dan berbusa.
Selain itu, terdapat luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, kaki pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, nafas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus.