Metaranews.co, Tuban- Menghadapi musim hujan, petani garam di Kabupaten Tuban mulai mengeluh. Hal ini dikarenakan kurangnya panas matahari akan membuat hasil garam dari para petani kurang maksimal.
Penurunan hasil garam dari Desa Pliwetan, Kabupaten Tuban ini bisa turun sekitar 90 persen perbulan. Seperti yang dirasakan Septian, petani garam desa tersebut yang menyebut produksi garamnya perbulan rata-rata 40 ton.
Namun, ketika musim hujan menyapa sebulan terakhir ini, hasil produksinya hanya tinggal 4 ton perbulan. Ini pun harus dipanen lebih awal, dikarenakan hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kelembaban hasil produksi.
“Jadi terpaksa dipanen lebih awal, jadi nggak maksimal memang hasilnya,” ujarnya
Saat ini, dia baru akan mempersiapkan lahan produksi. Namun, curah hujan yang tinggi. Membuat genangan air yang cukup lumayan luas. Membuat sedikit menjadi kendala.
Tingginya intensitas hujan pada September membuatnya keheranan. Ia tak menyangka akan datang hujan lebih cepat dari tahun sebelumnya. Lazimnya saat hujan datang Bulon Oktober, para petani bisa melakukan persiapan lahan untuk membuat garam. Namun karena sering hujan, petani belum bisa melakukan persiapan pada lahan produksi garam.
Meskipun demikian, harga jual garam ini cukup disbanding tahun lalu. Biasanya, perkilogram hanya dihargai tengkulak sekitar Rp 300 perKg. Sedangkan, tahun ini harga jual garam bisa dibeli dengan harga Rp 1.000 perKg.