Metaranews.co, Pasuruan- Tahan tangis Sri Wahyuni, warga Desa Andonosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan tertahan di pojok matanya. Rasa ikhlas harus diperlihatkan ketika satu persatu tetangganya mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Muhammad Riyan Faris Akbar, sang buah hati.
Riyan termasuk satu dari delapan warga Kabupaten Pasuruan yang menjadi korban dari tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) lalu di Stadion Kanjuruhan Malang. Laga antara Arema FC vs Persebaya Surabaya ini menjadi kesempatan terakhir Riyan untuk melihat pertandingan sepak boal secara langsung.
“Dia baru saja ulang tahun ke-17 tahun,” tutur Sri Wahyuni dengan lirih saat ditemui metaranews.co.
Dengan sekuat hati, Sri Wahyuni menceritakan bahwa sang buah hati berulang tahun pada Jumat (30/9/2022) lalu tepat berumur 17 tahun. Sang bunda bercerita bahwa anaknya memang sempat meminta izin untuk melihat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. Padahal, Sri Wahyuni sempat melarangnya untuk berangkat ke Stadion Kanjuruhan Malang. Sebagai ibu, kata Sri Wahyuni, ada perasaan tidak enak di hati ketika sang buah hati itu meminta izin ingin menonton laga big match Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Namun, rengekan Riyan membuat hatinya luluh dan memperbolehkan berangkat ke Stadion Kanjuruhan Malang. Untuk merayu ibunya, Riyan sempat berujar bahwa ini adalah terakhir kalinya menonton pertandingan sepak bola.
“Sempat dilarang, tapi tetap minta nonton dan janji kalau ini yang terakhir dan nggak nonton lagi,” jelasnya.
Tibalah kabar tentang tragedi Kanjuruhan. Sri Wahyuni tak menyangka anaknya akan pergi meninggalkannya secepat itu. Ia terngiang-ngiang saat pertemuan terakhir ketika anaknya meminta izin berangkat ke Stadion Kanjuruhan Malang. Menurutnya, taka da yang berbeda dari Riyan. Ia tampak seperti biasanya.
“Riyan juga seperti biasanya. Nggak ada yang aneh atau gimana-gimana. Ya normal-normal saja,” pungkasnya.
Hingga Sri Wahyuni hanya bisa berdoa untuk sang buah hati menghadap Ilahi karena tragedi Kanjuruhan.