Metaranews.co, Kediri – Hadapi imbas penyesuaian bahan bakar minyak, Pemkot Kediri bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) telah menyiapkan strategi guna mengendalikan angka inflasi Kota Kediri pada Bulan September.
Lilik Wibawati, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri memaparkan tingkat inflasi Kota Kediri Bulan September sebesar 1,36%. Angka tersebut diketahui masih berada di bawah inflasi Jawa Timur yakni sebesar 1,41%.
Ia juga menyebutkan terdapat sepuluh komoditas utama penyumbang inflasi, antara lain: bensin menyumbang inflasi sebesar 1,255%; upah asisten rumah tangga sebesar 0,104%; beras sebesar 0,085%; cabai rawit sebesar 0,031%; angkutan antarkota sebesar 0,031%; solar sebesar 0,030%; kontrak rumah sebesar 0,022%; bahan bakar rumah tangga sebesar 0,012%; tarif kereta api sebesar 0,011%; dan tahu mentah juga menyumbang inflasi sebesar 0,008%.
Di samping itu, terdapat pula sepuluh komoditas yang menghambat inflasi, antara lain: emas perhiasan menyumbang deflasi sebesar -0,072%; cabai merah sebesar -0,048%; daging ayam ras sebesar -0,047%; tomat sebesar -0,023%; bawang merah sebesar -0,047%; kubis sebesar -0,012%; terong sebesar -0,012%; telur ayam ras sebesar -0,008%; bawang putih sebesar -0,006%; serta jagung manis juga menyumbang deflasi sebesar -0,004%.
“TPID sudah menyiapkan upaya-upaya dalam mengendalikan harga-harga di pasaran, di antaranya melalui kegiatan operasi pasar seperti yang telah dilakukan seminggu yang lalu, Pemkot Kediri telah menggelontorkan beras sebanyak 12 ton. Selain beras juga telah pernah menyediakan 1,2 ton telur. Itu merupakan bentuk intervensi Pemkot Kediri kepada komoditas tertentu,” jelas Lilik, Senin (4/10). Di samping mengadakan operasi pasar, TPID Kota Kediri juga semakin menguatkan sinergitas dalam upaya pengendalian inflasi.
Lilik mengimbau terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai pada Bulan Oktober mendatang, yakni terkait kenaikan harga komoditas yang belum tercacat pada pengamatan Bulan September 2022, antara lain: 1) kelompok transportasi; 2) kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; dan 3) kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.
“Dampak perubahan musim kemarau menuju musim penghujan juga patut diwaspadai berkaitan dengan persediaan bahan makanan,” tutupnya.
Di lain kesempatan, Chevy Ning Suyudi, Kepala Bappeda Kota Kediri selaku Koordinator TPID Kota Kediri menjelaskan bahwa penyesuaian harga BBM akan berimbas pada beberapa sektor.
“Karena kita ini wilayah perkotaan akan terdampak pada angkutan atau transportasi antarkota, akhirnya memicu kenaikan yang terjadi pada sektor jasa,” terangnya.
Sebelumnya TPID Kota Kediri juga telah merapatkan terkait antisipasi kenaikan harga komoditas akibat adanya kebijakan penyesuaian harga BBM. Menurut Chevy pihaknya telah memprediksi inflasi di Kota Kediri. Lebih dari itu TPID Kota Kediri telah menyiapkan berbagai strategi pengendalian harga komoditas melalui kegiatan operasi pasar terkait penyediaan bahan pokok beras.
“Yang paling bisa kita intevensi melalui operasi pasar, tapi kita juga tidak bisa membendung pertumbuhan ekonomi. Karena kota jasa dan perdagangan mau tidak mau pertumbuhan ekonomi harus meningkat sehingga akan berefek pada inflasi,” jelasnya.
Menurutnya dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan memicu terjadinya kenaikan harga-harga barang sehingga berdampak terhadap inflasi. Akan tetapi apabila masih dalam range 3 plus/minus 1 maka dikategorikan dalam taraf wajar.
“Kita tetap fokuskan pada pertumbuhan ekonomi. Target kita di tahun 2022 tumbuh 5-7%,” ucapnya. Guna meringankan beban masyarakat akibat terjadinya kenaikan harga, Pemkot Kediri telah menciptakan beragam program jitu, di antaranya: program perlindungan sosial, penciptaan wirausaha baru, serta pemberian modal usaha.
“Kita sudah menekan angka inflasi tidak sampai lebih dari 2% supaya ada ruang agar pertumbuhan ekonomi meningkat signifikan,” tutupnya.