Beri Peringatan Soal Gempa Megathrust di Indonesia, Ini Penjelasan BMKG

Gempa Megathrust
ilustrasi untuk Gempa Megathrust (freepik)

Metaranews.co, News – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) beri peringan soal gempa Megathrust yang tinggal menunggu wkatu terjadinya di Indonesia.

Adapun Pulau Jawa dikepung oleh sejumlah zona megathrust yang menyimpan energi besar yang bisa memicu gempa dahsyat dan tsunami.

Bacaan Lainnya

Dalam rilisnya, BMKG menyebut ada kekhawatiran dari ilmuwan Indonesia terhadap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9.

Lantas apa itu gempa Megathrustt? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.

Gempa bumi megathrust adalah gempa bumi yang berasal dari zona megathrust. Menurut BMKG, megathrust adalah bagian dangkal suatu lajur pada zona subduksi yang mempunyai sudut tukik yang landai.

Megathrust merupakan daerah pertemuan antar lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa besar dan tsunami. Para pakar memperkirakan megathrust bisa ‘pecah’ secara berulang, namun dengan jeda hingga ratusan tahun.

Zona megathrust adalah istilah untuk menyebut jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tapi relatif dangkal. Gempa megathrust digambarkan dengan menumpuknya lempeng bumi, di mana lempeng di bawah mendorong lempeng di atasnya.

Sebenarnya, zona megathrust sekadar istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. Lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antarlempeng, yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.

Jika terjadi gempa, bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting). Gempa dalam skala besar yang terjadi di laut ini, kemudian memicu tsunami.

Ada tiga zona megathrust di Indonesia yang termasuk dalam zona subduksi aktif. Yaitu subduksi Sunda mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.

Lalu ada subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.

Juga ada tiga segmentasi megathrust di Samudra Hindia selatan Jawa. Segmentasi megathrust tersebut, yaitu segmen Jawa Timur, segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan segmen Banten-Selat Sunda.

Ketiga segmen megathrust ini memiliki magnitudo tertarget M 8.7, yang artinya zona megathrust menyimpan potensi gempa besar.

Peringatan BMKG Gempa Megatrust

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, ada kekhawatiran terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, zona sumber gempa potensial, namun belum mengalami gempa besar dalam kurun waktu ratusan tahun lalu.

“Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata ‘tinggal menunggu waktu’, karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” jelasnya.

Dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 disebutkan, segmen Megathrust Mentawai-Suberut dan Megathrust Selat Sunda terakhir kali gempa lebih dari ratusan tahun lalu.

Megathrust Selat Sunda sepanjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun. Megathrust Selat Sunda tercatat pernah ‘pecah’ pada 1699 dan 1780 dengan M 8.5.

Sementara MegathrustMentawai-Siberut yang mempunyai panjang 200 km dan lebar 200 km, serta slip rate 4 cm per tahun, pernah gempa M 8.7 pada 1797 dan M 8.9 pada 1833.

Meski demikian, warga diminta untuk tidak khawatir karena BMKG sudah menyiapkan sistem monitoring, prosesing, dan diseminasi informasi gempa bumi, serta peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat sebagai upaya antisipasi dan mitigasi.

BMKG memiliki sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), yang bisa digunakan untuk segera menyebarluaskan informasi mengenai gempa bumi dan peringatan dini tsunami di seluruh wilayah Indonesia.

Selain itu, BMKG juga telah melakukan berbagai upaya mitigasi lainnya seperti memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, hingga evakuasi dengan berbasis pemodelan tsunami.

Upaya mitigasi ini disampaikan kepada instansi terkait, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, hingga industri pantai dan infrastruktur kritis pelabuhan dan bandara pantai.

 

Pos terkait