Metaranews.co, Cimahi – Olimpiade Santri Nusantara (OSN) kembali digelar dalam rangka memperingati satu abad Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Mojo, Kediri, Minggu (23/11/2024).
OSN kali ini berada di zona 3, Jawa Barat tepatnya di Kota Cimahi.
Kegiatan babak penyisihan ini berlangsung di PPTQ Misbakhunnur Cimahi dan dihadiri oleh ratusan santri dari berbagai daerah.
PPTQ Misbahunnur merupakan salah satu lembaga pendidikan tahfidz yang berlokasi di Kota Cimahi, Jawa Barat. Lembaga ini berdiri sejak tahun 2010 dan telah berhasil mencetak ribuan hafidz Al-Qur’an.
PPTQ Misbahunnur memiliki visi untuk menjadi pusat unggulan pendidikan tahfidz yang mencetak generasi Qurani yang unggul dalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Untuk mewujudkan visi tersebut, PPTQ Misbahunnur menerapkan kurikulum yang komprehensif dan berstandar internasional.
Acara OSN Zona 3 Jawa Barat dibuka dengan registrasi peserta pada Sabtu sore pukul 14.00-16.30 WIB. Puncak acara pembukaan dilakukan pada pukul 20.00 di Aula PPTQ Misbakhunnur, dengan semangat memperkuat ukhuwah islamiyah di kalangan santri sekaligus ajang pembuktian kompetensi di berbagai cabang lomba.
Hari kedua, Ahad (24/11/2024), dimulai dengan sarapan pagi bersama pada pukul 06.30. Lomba sesi pertama digelar pukul 07.30-11.30 WIB di berbagai majelis lomba.
Kegiatan ini juga dihadiri gawagis keluarga besar Ponpes Al Falah Ploso diantarannya Agus H Abdurrahman Al Kautsar,Agus H Djazuli Muhammad Ma’mun, Agus H Fahim Ruyani, Agus Abdussalam Shohib, Agus H M Bahaudin, Agus H Huda Al Hafidz dan Agus H Nailul Author.
Kedatangan para gawagis ini disambut pengasuh Ponpes PPTQ Misbahunnur, antara lain KH Misbah ,Drs. K.H Badru Salam M.Pd, Habib Abbas bin Abu Bakar Al Hadad, M.Pd dan segenap pengurus.
OSN menghadirkan sejumlah lomba berbasis kitab kuning dan seni nadhom, termasuk Musabaqoh Qiraatul Kutub dengan materi seperti Ihya Ulumuddin, Shahih Bukhari, Tafsir Jalalain, hingga Fathul Qorib.
Tak kalah menarik, Musabaqoh Khifdin Nadhzim menampilkan keindahan hafalan dan kefasihan para santri dalam karya monumental seperti Aqidatul Awam, Alfiyah Ibni Malik, dan Jauhirul Maknun.
Puncak kegiatan ditutup pada Ahad malam dengan pengumuman juara. Para pemenang dari masing-masing cabang lomba diumumkan dalam acara penuh haru dan kebahagiaan.
Penutupan ini menjadi momentum untuk memberikan apresiasi kepada para santri yang telah berusaha maksimal dalam menunjukkan bakat dan keterampilan mereka.
Kegiatan OSN Zona 3 Jawa Barat ini bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga sarana mempererat silaturahmi antarpondok pesantren sekaligus menjadi refleksi 100 tahun perjalanan Pondok Pesantren Al Falah yang terus memberikan kontribusi besar dalam pendidikan dan dakwah Islam di Indonesia.
PPTQ Misbakhunnur Cimahi sukses menjadi tuan rumah yang memberikan kesan mendalam bagi seluruh peserta dan tamu yang hadir. Semangat santri untuk terus belajar dan berprestasi menjadi energi positif bagi peringatan seabad Pondok Pesantren Al Falah.
“Santri yang punya potensi berhasil itu ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama yakni siap mendidik masyarakat dari hal yang terendah hingga tinggi (maksimal). Kedua, mengakui kebodohan dan berjuang memerangi kebodohan. Dan ketiga kelompok Ri’a’ yang tidak punya pendirian/gampang terombang -ambing.Jadi yang pertama dan kedua sebisa mungkin dijalani dan jangan yang ketiga. Kalau dalam bahasa gen Z yakni Fomo. FOMO atau Fear Of Missing Out adalah rasa takut merasa “tertinggal” karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru,” kata Agus Abdurrahman Al Kautsar dalam sambutan penutupan kegiatan.
Gus Kautsar berharap dengan digelarnya OSN Zona 3 wilayah Jawa Barat dalam rangka 1 Abad Ponpes Al Falah Ploso ini mampu mempererat hubungan antar pesantren di seluruh nusantara.
Tak berhenti di Cimahi, perjalanan OSN akan berlanjut ke babak final di Pondok Induk Al-Falah Ploso Mojo Kediri pada 10-12 Desember 2024.
Acara tersebut juga akan menjadi puncak peringatan 1 abad Pondok Pesantren Al-Falah, yang didirikan oleh KH. Djazuli Utsman pada 1 Januari tahun 1925.
Pondok pesantren yang berlokasi di tepi barat Sungai Brantas ini dikenal sebagai benteng keilmuan Islam yang kokoh, mengusung metode pengajaran Salafiyah yang telah melahirkan ulama-ulama besar di Nusantara.
OSN bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga pengingat akan betapa pentingnya menjaga tradisi ngaji dan khidmah. Dengan semangat ini, diharapkan pesantren terus menjadi sumber inspirasi dan solusi bagi permasalahan bangsa di masa depan.