Songsong TV Digital, Wakil Ketua MPR Minta Generasi Muda Selami Bisnis Digital

Metaranews.co
: Wakil Ketua MPR RI, Prof Dr Sjarifuddin Hasan, saat memberikan ulasan di acara diskusi publik virtual sosialisasi ASO bersama DPR RI Komisi 1

Metaranews.co, Kediri- Menanggapi perpindahan menuju TV digital, Wakil Ketua MPR RI, Prof Dr Sjarifuddin Hasan, mendorong program Analog Switch Off (ASO) atau migrasi dari TV analog ke digital yang dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Menurutnya, ada peluang bagi pertumbuhan ekonomi yang sangat besar terutama di bidang ekonomi digital. Hal ini karena kualitas infrastruktur internet akan semakin bagus setelah penggunaan frekuensi oleh televisi analog ditata kembali oleh Kemkominfo.

“Anda (generasi muda) harus mengambil kesempatan dari infrastruktur ini. Generasi muda harus memaksimalkannya. Dengan era digitalisasi ini ada banyak kemudahan yang bisa diperoleh,” kata dia saat menjadi pembicara dalam acara diskusi publik virtual sosialisasi ASO bersama DPR RI Komisi 1 pada Senin (13/6/2022).

Bacaan Lainnya

Pria yang juga anggota Komisi I DPR RI itu secara spesifik meminta anak-anak muda untuk menjadi entrepreneur di bidang digital. Anak muda harus menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri atau minimal menciptakan pekerjaan untuk lingkungannya sendiri.

“Apabila bisa menciptakan pekerjaan untuk teman-teman dan komunitasnya sendiri lalu menciptakan pekerjaan untuk masyarakat. Ini berarti anak muda sudah berpartisipasi aktif dalam pembangunan.  Inilah substansi penggunaan infrastruktur digital itu,” kata dia.

Terlebih menurut Sjarifuddin Hasan, usia masyarakat produktif di Indonesia sangat banyak bahkan hingga mencapai 60 persen. Usia ini sangat berpotensi untuk mengembangkan ekonomi digital yang insfrastrukturnya sudah disediakan oleh pemerintah.

Selain itu, imbuhnya, pengangguran di Indonesia saat ini masih cukup tinggi yaitu 6 persen. Sekalipun ini adalah akibat dari pandemi Covid-19, tetapi tetap menjadi tolak ukur bagi misi pembangunan negara.

“Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu negara salah satunya dilihat dari jumlah pengangguran yang semakin kecil,” katanya.

Politis Partai Demokrat itu juga mengulas data pengangguran di Indonesia dari beberapa tahun sebelumnya. Kalau dilihat dari 18 tahun yang lalu, sejak tahun 2004 yaitu di era presiden  Susilo Bambang Yudoyono (SBY) pengangguran ada di posisi 9 persen lebih.

Dari tahun 2004 ke tahun 2014, karena SBY memimpin selama 2 periode, pengangguran turun drastis hingga ke posisi 5,9 persen.

“Karen turun terus berarti masyarakat Indonesia secara aktif membangun ekonominya saat itu,” kata dia.

Lalu pada tahun 2020, pengangguran naik jadi 7 persen, kemudian tahun 2021 turun ke 6,25 persen. Nah, kalau generasi milineal aktif sebagai pengusaha dengan memanfaatkan insfrastruktur digital yang ada maka angka kemiskinan ini akan semakin turun.

“Saya berharap rasio entrepreneur semakin meningkat, sehingga memberikan kontribusi positif terhadap tingkat pengangguran yang ada di Indonesia,” kata dia.

Sementara itu, Dr Rosarita Niken Widiastuti, staf Khusus Menkominfo, yang turut hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut menjelaskan bahwa pergeseran ke TV digital saat ini adalah keharusan dari perkembangan teknologi. Hal ini sama seperti pergantian dari TV hitam putih ke TV warna pada zaman dulu.

“Tetapi saat ini untuk mengganti ke TV digital tidak perlu ganti TV, cukup menggunakan Set Top Box (STB), yaitu alat penangkap sinyal digital,” katanya.

Memang saat ini, lanjutnya, pemerintah memlalui Kemkominfo melakukan percepatan pembangunan insfrastruktur digital, bahkan tidak hanya untuk pemerintah itu sendiri melainkan untuk semua masyarakat Indonesia.

“Dulu Kemkominfo merancang infrastruktur digital hingga tahun 2030, tetapi kemudian Presiden menginstruksikan untuk melakukanpercepatan digital. Makanya targetnya sekarang antara tahun 2023 hingga 2024,” paparnya.

Menurut Niken, TV analog itu terbilang boros dalam menggunakan frekuensi. Karena satu frekuensi digunakan oleh satu stasiun TV saja. Sementara TV digital satu frekuensi bisa digunakan 6 sampai 12 televisi. Karena ada pemborosan ini maka dilakukan penataan ulang oleh pemerintah.

Setelah dilakukan penataan ulang, maka akan tersisa frekuensi yang kemudian gunakan untuk memperluas jaringan internet.

“Sisa frekuensi ini akan dialihkan ke broadband atau telekomuniasi atau akses internet,” kata dia.

Salah satunya adalah teknologi 5G. Awalnya internet adalah 2G yang hanya digunakan untuk telepon dan SMS, lalu generasi ketiga bisa telepon dan WhatsApp, kemudian generasi keempat bisa telepon, media sosial, dan data.

“Nah, kalau 5G nantinya internet kecepatan tinggi. Contoh pada saat MotoGP Mandalika, diadakan pilot project 5G, itu kecepatannya hampir 200 kali, kalau ngirim data cepat banget,” kata dia.

Tapi, lanjutnya, 5G tidak bisa dilakuan tanpa adanya ASO karena frekuensinya digunakan untuk TV, itulah mengapa harus pemerintah melakukan penghentian siaran analog secara bertahap.

“Yang tak kalah pentingnya, jika internat ini sudah lancar, maka pertumbuan ekonomi juga berkembang dengan baik,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *