Survei Elektabilitas Calon Presiden Untuk Pemilih Kritis, Siapa Unggul?

elektabilitas partai
Ilustrasi partai politik. (Sumber foto by Suara.com)

Metaranews.co, News – Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, di setiap lembaga survei, elektabilitas calon presiden (capres) selalu mengerucut ketiga nama, yang menjadi tolak ukur kuat siapa bakal calon pengganti Presiden Joko Widodo.

Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan selalu menjadi tiga nama tokoh teratas yang kerap hadir di setiap rilis lembaga survei soal elektabilitas capres 2024.

Bacaan Lainnya

Sejauh ini, ada dua nama yang sudah dipastikan akan maju sebagai bakal capres 2024, Anies Baswedan yang diusung Partai NasDem dan Ganjar Pranowo yang diusung PDI Perjuangan.

Dalam rilis terbaru yang dilakukan oleh lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), mencatat elektabilitas Ganjar Pranowo mencapai 20,8 persen pada periode survei 25-28 April 2023 untuk pemilih kritis setelah PDIP mencalonkan dirinya sebagai calon presiden (calon) pada pemilu 2024.

Ganjar berhasil mengungguli Prabowo Subianto yang memiliki elektabilitas sekitar 15,8 persen dari 18,3 persen dan Anies Baswedan dari 10,7 persen menjadi 11,4 persen. Ini menunjukkan elektabilitas Ganjar meningkat signifikan dari 13 persen pada 4 hingga 7 April 2023.

“Baru setelah keputusan FIFA membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20, menjadi 20,8 persen pada 25-28 April 2023 baru setelah keputusan PDI-P mencalonkan Ganjar,” kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam keterangan tertulis, Senin. (1/5/2023) melansir Suara.

Naiknya elektabilitas Ganjar ini terjadi dari akumulasi penurunan Prabowo, pemilih yang belum menentukan pilihan terlebih dahulu dan pemilih calon lain.

Ia juga menjelaskan bahwa pemilih kritis adalah pemilih yang memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber informasi sosial politik karena memiliki telepon atau ponsel sehingga dapat mengakses internet untuk mengetahui dan bertindak atas berita sosial politik.

Deni melihat, bahwa mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah ke bawah, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih mampu mempengaruhi opini para pemilih di bawahnya.

Jumlah total pemilih kritis secara nasional diperkirakan mencapai 80 persen. Untuk itu, survei ini tidak mencerminkan persentase populasi pemilih nasional.

Di sisi lain, ia mencontohkan elektabilitas capres ini dalam 3 tahun terakhir cukup dinamis. Di tahun 2020, Prabowo terlihat paling kuat.

Tahun 2021 hingga akhir tahun 2022, Ganjar akan menjadi yang terkuat. Prabowo mulai menguat di awal tahun 2023 sejak Presiden Jokowi terang-terangan mendukungnya.

Dukungan Jokowi tentu menggeser posisi Anies dari nomor dua. Meski begitu, puncak dukungan terhadap Prabowo adalah setelah keputusan FIFA membatalkan Piala Dunia U20 di Indonesia dimana Prabowo mendapat dukungan.

“Ganjar mulai pulih dan menguat secara signifikan setelah pengumuman dirinya sebagai calon presiden oleh PDIP. Ia mengalami pemulihan yang signifikan dari 13 persen menjadi 20,8 persen, meningkat 7,8 persen,” katanya.

Elektabilitas Ganjar dan Prabowo masih berimbang ketika dilakukan simulasi terhadap empat calon presiden yang telah diputuskan oleh partai politik masing-masing. Karena Prabowo sudah diputuskan menjadi capres oleh Gerindra dan PKB.

Anies Baswedan juga pernah dicalonkan oleh Nasdem, Demokrat dan PKS. Ganjar sudah dicalonkan oleh 4 partai dan sudah lebih dari cukup untuk menjadi capres dan Airlangga Hartarto juga sudah dikukuhkan oleh Golkar.

“Kalau calegnya Airlangga, Anies, Ganjar dan Prabowo, di jajak pendapat terakhir pemilih kritis, Ganjar terpilih 30,4 persen, Prabowo 29,5 persen, Anies 19,8 persen dan Airlangga 2,9 persen, selebihnya belum menentukan pilihan. Ini menandakan bahwa Ganjar dan Prabowo bersaing sengit di kalangan pemilih kritis saat ini,” katanya.

Deni menambahkan, Prabowo tampak lebih mampu menyerap pemilih kritis yang sebelumnya empat nama itu memilih nama lain. Hal itu bisa terjadi karena Prabowo dikenal oleh hampir semua pemilih, sebanyak 95 persen, sedangkan popularitas Ganjar masih lebih rendah di kalangan pemilih, sekitar 86 persen.

Survei nasional pemilih kritis ini dilakukan pada pemilik ponsel sebagai indikator pemilih kritis. Sampel survei dipilih melalui metode random digit dialing (RDD).

RDD adalah teknik pemilihan sampel melalui proses pembuatan nomor telepon secara acak. Dengan menggunakan teknik RDD, sampel sebanyak 1021 responden dipilih melalui proses pembuatan nomor telepon secara acak, divalidasi dan disaring.

Validasi dan penyaringan dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik nomor telepon yang dipilih adalah warga negara Indonesia dan memiliki hak pilih (berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah). Margin of error survei diperkirakan +-3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *