Metaranews.co, Kediri – Media Sosial (Medos) Twitter kembali ramai membicarakan ulah Hacker Bjorka yang meretas beberapa situs penting milik negara hingga dokumen surat menyurat ke Presiden Republik Indonesia. Dalam kasus ini hacker Bjorka mengaku sebagai pelaku pembobolan.
Ulah hacker ini akhirnya menjadi trending di Twitter, keyword #Bjorka menjadi tren pencarian nomor 1 di Twitter Indonesia. Kata ini dipakai lebih dari 35.000 kali.
Beberapa postingan yang menggunakan tagar tersebut seperti @Opposite090192 yang memposting. “Ini isi dokumen rahasia presiden Jokowi yg dibobol Bjorka. Mulai dari tahun 2019 sampai 2021. Termasuk dokumen inteligen milik BIN yg dikirim ke presiden. Indonesia open source 0.4,” tulis akun tersebut.
Ada juga yang malah mengapresiasi ulah Hacker ini dengan mentwit “Good job “Bjorka” untuk mendukung orang-orang yang berjuang dengan mengadakan demonstrasi di Indonesia mengenai harga bahan bakar minyak. saya akan menerbitkan database mypertamina segera’’ tulis akun @namasay098.
Senada seperti @YamiRic yang menuliskan “Justru kalau hacker kayak bjorka aja bisa betul dapat data2 rahasia negara, berarti negara2 lain sebenarnya mungkin tiap hari juga bisa nyolong data2 rahasia negara kita karena pengamanannya lemah,” tulisnya.
Selain itu ada juga yang menyebut “Bjorka aktor dibalik akun yg bberapa kali muncul dlm aksi mmbocorkan data,seperti: 1,3 Billion SIMCARD, 26M History Browsing INDIHOME, 105juta Data KPU,dan sebelumnya surat&Dokumen Presiden & BIN sekitar 679ribu disebar,Next..Bjorka dlm pesannya akan mmbocorkn myPertamina database,” tulis akun @MdLapan.
Sementara itu, tindakan Hacker ini sudah sering kali di komentari oleh Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Jony G Plate. Terakhir Jhony me
ngaku heran dengan warganet sebab banyak di elu-elukan seperti seorang pahlawan.
“Aneh kita? Saya lihat beritanya kok, ilegal hacker ini menjadi seperti pahlawan yang dielu-elukan,” kata Johnny G Plate dikutip Tribunews, Jumat (9/9/2022).
Menurutnya, jika masyarakat terkesan seperti memberi dukungan, maka hal tersebut justru mencerminkan bahwa publik turut membuat ruang digital menjadi tidak sehat.
“Kalau memberikan dikungan seperti itu, kita mengambil bagian di dalam yang membuat ruang digital kita kotor,” lanjutnya.